Jumat, 16 Mei 2014

Dispepsia
di dalam ranah medis kita sering mendengar istilah ataupun diagnosa Dispepsia. dan penyakit ini pun sering kita jumpai di dalam rumah sakit. jadi apa Dispepsia itu ?

Dispepsia adalah merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).



Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu :

Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.



Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.



Etiologi dari Dispepsia :

Perubahan pola makan, Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama, Alkohol dan nikotin rokok, Stres, Tumor atau kanker saluran pencernaan.



Patofisiologi dari Dispepsia :

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.



Tanda dan Gejala dari Dispepsia :

Nyeri perut (abdominal discomfort), Rasa perih di ulu hati, Mual, kadang-kadang sampai muntah, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)



Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Dispepsia

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.



Penatalaksanaan Medis



Penatalaksanaan non farmakologis

Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung, Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres, Atur pola makan.



Penatalaksanaan farmakologis yaitu :

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.



Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

Tidak ada komentar:

usus buntu

Pengertian Penyakit Usus Buntu Penyakit usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan apendiks atau usus buntu.  Sedangkan usus bunt...