BAB II
PEMBAHASAAN
A.
KONSEP
DASAR PENYAKIT KONFUSIO
1.
Definisi
Konfusio adalah sebuah sindrom yang dicirikan dengan
kerusakan kognitif global dengan awitan tiba – tiba yang biasanya berdurasi
kurang dari satu bulan. Kemampuan lansia untuk memperoleh stimulus yang datang
dengan cara yang bermakna sudah hilang. Kemampuan untuk berfikir mengikuti
perintah berespon terhadap stimulus dan berkonsentrasi mengalami perubahan. Siklus bangun tidur orang tersebut
terganggu, ingatan tentang hal – hal yang baru saja terjadi hilang dan terjadi prilaku verbal dan motorik yang tidak tepat.
Konfusio adalah suatu akibat gangguan fungsi
menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak
derajat kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berpikir yang
berakibat terjadinya diorientasi.
Konfusio adalah diagnosis klinis, gangguan otak
difus yang dikarasteristikkan dengan variasi kognitif dan gangguan tingkah
laku. Ini biasa dan menjadi problem serius di RS dan sering tak diketahui pada
pasien usila. konfusio biasanya disebabkan banyak faktor; banyak yang dapat
dicegah. Ada hubungan terbalik antara daya tahan penderita dan beratnya
serangan yang dibutuhkan untuk menginduksi/mendapatkan konfusio. Meskipun
sebelumnya konfusio dipercaya sebagai kondisi "self limiting" (sembuh
sendiri).
2.
Epidemiologi
Konfusio sering ditemukan
pada lansia. Menurut data Depkes pada tahun 2005 didapatkan bahwa 23,75 % dari keseluruhan jumlah penduduk
lansia di Indonesia mengalami konfusio. Dalam kurun waktu usia 65-75 tahun
didapatkan kemunduran pada beberapa kemampuan dan kemampuan kesadaran
serta intelektual baru menurun di usia
80 tahun.
3.
Etiologi
a.
Respon terhadap perubahan metabolisme
oksidatif serebral, terdapat penurunan sintesis atau gangguan pelepasan satu
zat neurotransmitter atau lebih (dopamin otak dan asetil kolin). Ketidakseimbangan
zat neorotransmiter mempengaruhi pengaturan tidur, tekanan darah, suhu tubuh,
pembelajaran dan afek.
b. Reaksi
stress yang dimediasi oleh peningkatan kortisol plasma dan efeknya pada otak, berbagai
kondisi menghasilkan gejala – gejala konfusio, semua kondisi ini berpotensi
sama menimbulkan gangguan pada keseimbangan yang diperlukan oleh otak lansia
agar dapat berfungsi secara efektif.
Tiga penyebab
utama dari konfusio pada lansia yaitu keadaan patologik intraserebral, keadaan
patologik ekstraserebral, dan penyebab iatrogenetik. Depresi juga dapat memicu
terjadinya konfusio.
a. Konfusio
yang disebabkan oleh keadaan patologik intraserebral antara lain : odema
serebral, hidrosefalus, defisiensi vitamin B12, meningitis, dan serangan
iskemik otak yang bisa disebabkan akibat adanya penurunan pasokan nutrisi
serebral.
b. Konfusio
yang disebabkan oleh keadaan patologik ekstraserebral antara lain : penyebab
toksik (endokarditis, bakterialis subakut, alkoholisme), kegagalan mekanisme
homeostatic (DM, gagal hati, gagal ginjal, dehidrasi, gangguan elekrolit),
depresi dan gangguan sensori persepsi (pendengaran dan penglihatan).
c. Konfusio
yang disebabkan oleh penyebab iatrogenic terdiri atas obat-obatan yang dihubungkan
dengan gangguan memori seperti : anti kolinergik, anti konvulsan tertentu,
kortikosteroid, benzo-diazepin, fenotiazin, obat psikotropik dan sedative.
4.
Patofisiologi
Patofisiologinya tidak diketahui,
tetapi dapat terjadi karena penurunan metabolisme
oksidatif otak menyebabkan perubahan neurotransmiter di daerah prefrontal dan subkortikal. Ada kejadian penurunan kolinergik dan
peningkatan aktifitas dopaminergik, pada saat kadar
serotonin dan kadar GABA yang bermakna tetap tidak jelas.
Hal lain konfusio dapat efek dari
kortisol plasma yang meningkat pada otak akibat diinduksi
stress dan depresi
5.
Klasifikasi
a. Bentuk
hiperaktif
Pasien
dengan bentuk ini dapat mencabut infus dan balutan, mengambil sesuatu diudara,
memanjat penghalang tempat tidur dan memanggil nama orang yang dicintai yang
sudah meninggal.
Dapat terlihat respon soistem saraf otonom seperti takikardia, dilatasi pupil,
diaphoresis.
b. Bentuk
hipoaktif
Hipoaktif dicirikan dengan
keletihan berlebihan, hipersomnolens yang berkembang menjadi hilang kesadaran.
c. Bentuk
campuran
Agitasi sering memburuk di malam
hari dan bergantian dengan interval yang jelas disiang hari.
6.
Manifestasi
Klinis
Adapun
manifestasi klinis dari konfusio yaitu:
- a. Insomnia
- b. Hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara
- c. Mengantuk
- d. Ansietas
- e. Mimpi buruk
- f. Keluhan sulit mengingat
- g. Keletihan berlebih
- h. Rentang perhatian yang pendek
7.
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan umum klien
seperti :
- Adanya penurunan derajat kesadaran
- Tensi menurun
- Takikardia
8.
Prognosis
Konfusio sebelumnya dipercaya
sebagai kondisi yang sembuh sendiri (self limiting), sekarang nyata bahwa
konfusi mempunyai prognosis buruk, meningkatkan biaya rawat, peningkatan
kebutuhan institusional, rehabilitasi dan perawatan rumah. Meskipun secara
tradisional dianggap sebagi keadaan yang hilang sendiri, sekarang jelas
diketahui bahwa terdapat banyak keluaran yang menyimpang yang berhubungan
dengan perkembangan konfusio. Selama masuk di rumah sakit penyakit ini
menunjukkan bertanggung jawab terhadap penurunan fungsional, peningkatan resiko
komplikasi dapatan rumah sakit seperti jatuh, luka tekanan dan inkontinensia
urinari dan tinggal di rumah sakit yang lama. Peneltian menunjukkan terdapat
peningkatan resiko penurunan fungsional pada aktifitas hidup sehari-hari,
peningkatan pendaftaran masuk fasilitas perawatan jangka lama, dan peningkatan
resiko masuk kembali. Jauh dari hidup singkat yang tak menyenangkan yang sebelumnya
telah dipertimbangkan, banyak penelitian yang mempertunjukkan konfusio menetap
pasca pemberhentian. Konfusio juga mempunyai hubungan dengan peningkatan
mortalitas, meskipun ini tidak jelas apakah ini karena dasar penyakit medisnya
dan ko-morbiditasnya atau karena konfusio itu sendiri. Keseluruhan mortalitas
konfusio mendekati 30%, dengan mortalitas 12-bulanan 35-40% dan mortalitas
5-tahunan 50%.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konfusio di rumah sakit meliputi pencegahan,
diagnosis awal, pencarian dengan seksama dan tatalaksana faktor-faktor
pencetus, tindakan suportif dan, bila perlu, pengobatan. Secara garis besar obat-obatan yang dapat diberikan untuk
mengurangi konfusio akut pada lansia adalah : amantadin, anti depresan, anti
histamin, anti parkinsoniasme, anti kolinergik, anti konvulsan, fikogsin,
opiat, dan obat penenang.
Walaupun
tindakan suportif, penatalaksanaan farmakologik konfusio untuk mengurangi
kecemasan dan agitasi mungkin diperlukan untuk meyakinkan keamanan pasien dan
pegawai. Pasien dengan konfusio hipoaktif biasanya tidak membutuhkan sedasi,
meskipun dosis rendah antipsikotik mungkin diperlukan apabila ada bukti distres
halusinasi.
Meskipun
terdapat banyak pengobatan yang tersedia untuk pengobatan konfusio, terdapat
beberapa kaidah yang hendaklah diterapkan untuk semua obat. Obat-obat diharapkan
diberikan per oral pada dosis rendah, dengan pemberian dosis lebih besar bila
diperlukan. Pasien yang membutuhkan dosis multipel hendaklah diawasi ketat.
Sangat mendasar bahwa pemesanan teratur untuk pengobatan seringkali perlu
meninjau kembali respon pasien, efek samping, dan kelanjutan kebutuhan
pengobatan. Haloperidol populer karena awitan kerjanya cepat, keampuhan dan
rendah efek samping, meskipun ia mungkin tidak cocok untuk pasien dengan
kecenderungan gangguan gaya berjalan atau keseimbangan ekstrapiramidal.
Pengawasan kardiak adalah sangat esensial apabila dibutuhkan infus berlanjutan.
Droperidol merupakan pilihan cadangan untuk pemakaian
parenteral. Ia bekerja lebih cepat, lebih sedatif, mempunyai waktu paruh lebih
pendek, dan kemungkinan lebih ampuh daripada haloperidol dengan lebih sedikit
efek samping. Biasanya dosis mulai pada lansia adalah 2 mg. Tetapi, sedasi
mungkin menjadi suatu masalah pada pasien lebih tua, dan terdapat resiko lebih
tinggi hipotensi, khususnya apabila diberikan secara intravena.
Fenotiazin lain, misalnya tioridazin dan klorpromazin,
pada dosis awal 12,5-25 mg, juga telah digunakan karena keampuhan mereka dan
khasiat sedatif-nya, meskipun ketenaran mereka mundur oleh karena kardiotoksis
10. Pencegahan
a.
Pencegahan Primer
Pencegahan
primer untuk konfusio dimulai dengan pemahaman bahwa hal tersebut bukan
konsekuensi normal dari proses penuaan. Selain itu konfusio mempunyai penyebab
yang dapat dicegah. Secara umum pendekatan terhadap pencegahan primer meliputi
mempertahankan keseimbangan homeostatis bagi otak dan membatasi stressor yang
melebihi kemampuan koping lansia. Program nutrisi dan hidrasi merupakan hal-hal
yang esensial bagi otak untuk berfungsi efektif. Kondisi yang dapat menyebabkan
konfusio antara lain : defisiensi asam folat, ketidakseimbangan elektolit
termasuk magnesium dapat dicegah melalui diet yang tepat dan seimbang serta
minum air sebanyak 8 gelas/hari kecuali jika dikontradisikan dengan penyakit
jantung atau gagal ginjal.
Tindakan
pencegahan primer yang kritis bagi lansia di semua tempat adalah aktivitas
fisik dan mental. Lingkungan fisik pada lingkungan perawatan akut dan jangka
panjang harus diatur secara baik untuk memfasilitasi aktivitas fisik dan
mental. Klien harus memiliki akses pada stimulus sensori seperti radio dan
televise. Program-program seperti film lama, siaran berita setempat dan
program-program yang dipilih dan disukai oleh lansia dapat memiliki efek yang
mengorientasikan mereka. Namun jika stimulus semacam itu berlangsung secara
terus menerus hal tersebut dapat memicu halusinasi. Program yang tidak tepat
seperti kartun, komedi situasi yang kontinyu dan program-program kekerasan
dapat berperan menimbulkan status konfusio pada pasien lansia. Penggunaan warna
yang tepat untuk membantu mata lansia membedakan antara permukaan-permukaan
yang berbeda, penggunaan pencahayaan yang tidak menyilaukan, menyingkirkan
barang-barang yang berserakan dan memberikan ruang untuk berinteraksi social
akan mendorong lansia untuk berambulasi. Tetap aktif secara fisik dan social
sekalipun di fasilitas perawatan akut atau perawatan jangka panjang merupakan
kunci untuk mempertahankan fungsi kognitif.
b.
Pencegahan Sekunder
Pengkajian
dini dan akurat terhadap perubahan-perubahan status mental yang berguna untuk
mencegah konsekuensi berlebihan dari
konfusio akut. Untuk mendapatkan pengkajian yang akurat, pemberi perawatan
harus menggunakan pendekatan yang sistematis dan meluangkan cukup waktu bagi
lansia untuk berespon. Penggunaan alat pengkajian yang baku untuk mengevaluasi
semua aspek kognitif seperti Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
juga dianjurkan. Instrumen ini memberikan skor numeric yang dapat dipantau dari
waktu ke waktu untuk membantu pengenalan dini dan perubahan kognitif pada
lansia. Namun agar dapat bermanfaat alat tersebut harus digunakan secara benar
dan berkelanjutan.
B.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
-
Keluhan
utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat (menurut klien dan
atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
-
Hubungan
social
Berbagai faktor di masyarakat yang
membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi.
Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang
penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu
dalam kekosongan internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat
menyebabkan kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan
orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya
terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain.
Keadaan ini menimbulkan kesepian, hubungan dangkal dan tergantung.
-
Spiritual
Keyakinan
klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat. tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksanakan ibadatnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
-
Interaksi
selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa
kurawng kooperatif, kontak mata kurang
-
Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kedua panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan.
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kedua panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan.
-
Proses
berpikir
Klien yang terganggu pikirannya
sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi
klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penilaian
realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis. (Pemikiran autistik). Klien
tidak menelaah ulang kebenaran realitasnya.
-
Tingkat
kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
-
Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi (kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi (kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
-
Tingkat
konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
-
Kemampuan
penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau
keputusan
-
Psikososial
a. Dari hasil penelitian ditemukan
kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .
b. Konsep diri
· Gambaran diri, stressor yang
menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik penyakit.
· Identitas, bervariasi sesuai dengan
tingkat perkembangan individu.
· Peran, transisi peran dapat dari sehat
ke sakit, ketidaksesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan peran
yang ragu dimana individu tidak tahu dengan jelas perannya, serta peran
berlebihan sementara tidak mempunyai kemampuan dan sumber yang cukup.
· Ideal diri, keinginann yang tidak
sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
· Harga diri, ketidakmampuan dalam
mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
- Status mental
a.
Pembicaraan
keras, cepat dan inkoheren.
b.
Aktivitas
motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan
motorik pada tipe konfusio hiperaktif, gelisah dan terjadi penurunan aktivitas
pada tipe konfusio hipoaktif. Namun fungsi motorik mengalami penurunan.
c.
Alam
perasaan. Klien nampak cemas.
- Afek dan emosi. Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah memampukan klien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
- Interaksi selama wawancara. Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.
-
Kebutuhan
klien sehari-hari
Tidur,
klien sukar tidur karena ketidakseimbangan antara dopamine dan asetilkolin
dalam otak.. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali.
Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi
hari.
-
Dampak
masalah
Kemandirian
, klien kehilangan kemandirian dan hidup ketergantungan pada keluarga atau
orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Gangguan perfusi jaringan (cereberal)
berhubungan dengan ketidakseimbangan zat neorotransmiter (dopamin otak dan
asetil kolin)
b.
Gangguan pola tidur (sulit tertidur)
berhubungan dengan ketidakseimbangan zat neorotransmiter (dopamin otak dan
asetil kolin)
c.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan
gangguan fungsi kognitif
d.
Defisit
self care berhubungan dengan gangguan fungsi motorik
e.
Gangguan berkomunikasi (verbal)
berhubungan dengan komunikasi yang tidak logis atau inkoheren
f.
Ansietas
berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
g.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi tentang kondisi kesehatan
h.
Risiko cedera berhubungan dengan
gangguan fungsi motorik
3.
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan Dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan perfusi jaringan (otak)
berhubungan dengan ketidakseimbangan zat neorotransmiter (dopamin otak dan
asetil kolin)
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mencapai atau
mempertahankan tingkat kesadaran sadar penuh (CM) bebas dari gejala atau komplikasi
neurologis merugikan dengan KH :
-
Tanda – tanda vital klien dalam
batas normal
TD :
N:80- 100 x/mnt
S : 36- 37 ° C
RR: 20 x/mnt
-
Tingkat kesadaran klien compos
mentis
|
a)
Pantau TD
b)
Catat status neurologis
dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya
|
a)
Untuk mengetahui kondisi klien
b)
Untuk mengetahui kondisi klien
|
2.
|
Gangguan
pola tidur (sulit tertidur) berhubungan dengan Ketidakseimbangan zat neorotransmiter
(dopamin otak dan asetil kolin)
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola tidur klien kembali normal
dengan KH:
-
Klien tertidur dalam 30 menit
setelah naik ke tempat tidur
-
Klien dapat melaporkan perasaan
segar saat terbangun di pagi hari
|
a)
Anjurkan klien tidak meminum
kafein di malam hari
b)
Minta klien mengikuti ritual tidur yakni naik ke tempat tidur pada jam
yang sama setiap malam dan setiap malam meminum segelas susu serta latihan
relaksasi progresif sebelum klien pergi ke tempat tidur
c)
Ciptakan lingkungan yang tenang
dan batasi pengunjung.
|
a) Kafein
dapat mengganggu siklus tidur
b) Susu mengandung L-triptofan yaitu asam amino alami yang
merangsang tidur. Klien dengan insomnia dapat mengalami peningkatan tonus
simpatik dan relaksasi dapat membantu mengurangi insomnia yang dialami
olehnya
c) Lingkungan yang tenang dapat membantu klien memperoleh tidur yang berkualitas.
|
1. 3
|
Perubahan proses pikir berhubungan dengan Gangguan
fungsi kognitif
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mengalami lebih sedikit episode
konfusio dengan KH:
-
Klien
tidak nampak bingung
-
Klien
tidak mengalami disorientasi
|
a) Identifikasi
tingkat gangguan kognitif seperti perubahan orientasi terhadap orang, tempat
dan waktu, rentang, perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan orang
terdekat mengenai perubahan tingkah laku yang biasa /lamanya masalah yang
telah ada.
b) Pertahankan
lingkungan yang tenang dan menyenangkan
c) Gunakan kata-kata yang pendek dan kalimat yang
sederhana dan berikan instruksi sederhana (tahap demi tahap) ulangi instruksi
tersebut sesuai dengan kebutuhan.
d) Gunakan
distraksi bicarakan mengenai orang dan kejadian yang sebenarnya ketika pasien
mulai merenungkan ide-ide yang salah, jika hal tersebut tidak meningkatkan
kecemasan/agitasi.
|
a) Memberikan
dasar untuk evaluasi/perbandingan yang akan datang dan mempengaruhi pilihan
terhadap intervensi.
b) Kebisingan,
keramaian, orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebihan yang
meningkatkan gangguan neuron.
c) Sesuai
dengan berkembangnya penyakit, pusat komunikasi dalam otak mungkin saja
terganggu yang menghilangkan kemampuan individu pada proses penerimaan pesan
dan percakapan secara keseluruhan.
d) Lamunan
membantu dalam meningkatkan disorientasi. orientasi pada realita meningkatkan
perasaan realita pasien, penghargaan diri dan kemuliaan personal (kebahagiaan
personal).
|
4.
|
Defisit self
care
berhubungan dengan gangguan
fungsi motorik
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan diharapkan terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan
perawatan diri dengan KH :
-
Klien
tampak bersih dan segar
-
Klien
dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sesuai toleransi
-
Klien
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan batas kemampuan
-
klien
dapat memenuhi kebutuhan toileting sesuai toleransi
|
a)
Observasi kemampuan
untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
b)
Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien
waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya.
c)
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha
yang dilakukan atau keberhasilannya.
d)
Berikan pispot di samping tempat tidur bila tak mampu ke kamar mandi.
e)
Letakkan alat-alat makan dan alat-alat mandi dekat
pasien.
f)
Bantu pasien melakukan perawatan dirinya apabila
diperlukan.
|
a) Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
b) Pasien akan memerlukan empati
tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara
konsisten.
c) Meningkatkan perasaan makna
diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong pasien untuk berusaha secara
kontinu
d) Memudahkan
pasien untuk BAB/BAK
e) Memudahkan
pasien menjangkau alat-alat tersebut.
f) Untuk
membantu pasien memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.
|
5.
|
Gangguan
berkomunikasi (verbal) berhubungan dengan komunikasi yang tidak logis atau
inkoheren
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien
tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan KH:
- Membuat
teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
|
a) Kaji ulang kemampuan klien
untuk berkomunikasi.
b)
Menentukan
cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau
papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
c)
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau
dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan
segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.
d)
Kolaborasi dengan Ahli wicara bahasa.
|
a)
Untuk
menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.
b) Untuk membantu proses
berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.
c)
Untuk
memudahkan klien dalam memanggil perawat saat membutuhkan bantuan.
d)
Memberikan
terapi bicara pada klien.
|
6.
|
Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat rileks dengan KH:
-
Melaporkan cemas berkurang sampai
hilang
-
Mampu mengidentifikasi cara hidup
yang sehat untuk membagikan perasaannya
|
a) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan
penuh perhatian, dan selalu ada untuk pasien.
b) Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang
diharapkan.
c) Pilih berbagai strategi belajar, seperti teknik
demonstrasi yang memerlukan keterampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan
ulang, gabungkan keterampilan baru ini kedalam rutinitas rumah sakit
sehari-hari.
d) Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat-obat yang
dijual bebas tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan/dokter atau tidak boleh
menggunakan obat tanpa resep.
e) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan pasien atau orang terdekat.
f) Demonstrasikan teknik penanganan stres, seperti latihan
napas dalam, bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian.
g) Identifikasi
sumber-sumber yang ada di masyarakat, bila ada.
|
a)
Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
b) Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan
kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.
c)
Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan
pencerapan pada individu yang belajar.
d) Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat dan mencegah ke prognosis yang buruk, menurunkan perkembangan komplikasi sistemik.
e) Intervensi segeral dapat mencegah perkembangan
komplikasiyang lebih serius atau komplikasi yang mengancam kehidupan.
f) Mengendalikan relaksasi dan pengendalian terhadap
respons stres yang dapat membantu untuk memberikan ketenangan
g) Dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang perubahan gaya
hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.
|
7.
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi tentang kondisi
kesehatan
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui dan bekerja sama dalam
memantau kondisi kesehatan kliendengan KH :
-
Klien mengerti tentang kondisi
tubuhnya berhubungan dengan penyakit
-
Pengetahuan klien tentang
penyakitnya dan terapi bertambah
|
a)
Kaji pemahaman dan informasikan kepada klien dan keluarga klien
tentang penyakit yang diderita.
b) Informasikan
kepada klien tentang penyakit dan yang diderita dan mengenai terapi yang
diterima klien
c) Tetaplah
bersama klien ketika minum obat antipsikotik/antide-presan
d)
Berikan umpan balik positif untuk upaya/ keterlibatan dalam terapi
|
a)
Memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarganya tentang
pengobatan yang akan diberikan serta diharapkan klien dan keluarganya juga
mau ikut berpartisipasi dalam proses pengobatan yang diberikan
b)
Informasi yang tepat mengenai penyakit dan terapi yang dijalani akan
menambah pengetahuan klien dan keluarga.
c) Beberapa klien mungkin
menyembunyikan obat-obat tersebut dan tidak meminumnya.
d) Meningkatkan
harga diri klien, mendorong partisipasi dalam program terapi selanjutnya
|
8.
|
Risiko
cedera berhubungan dengan gangguan fungsi
motorik
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
klien tidak membahayakan diri sendiri
KH :
-
Klien
tidak mengalami tanda-tanda cedera
seperti memar, patah tulang.
|
a) Pertahankan
agar lingkungan klien pada tingkat stimulus yang rendah (sedikit orang,
dekorasi yang sederhana dan tingkat kebisingan yang rendah)
b) Kembangkan
orientasi kenyataan :
-
Bantu
kien untuk mengenal persepsinya
-
Beri
umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondisinya
-
Beri
kesempatan untuk mengungkapkan persepsi dan daya orientasi
c) Ciptakan
lingkungan psikososial yang terapiutik seperti :
-
Sikap
perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembut dan hangat.
-
Bina
hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur
, tepat janji, empati dan menghargai.
-
Tunjukkan
pearwat yang bertanggung jawab
|
a)
Tingkat
ansietas atau gelisah akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus
b) Klien perlu dikembangkan
kemampuannya untuk menilai realita secara adequat agar klien dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan jika berada dalam keadaan gelisah, bingung,
klien tidak menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri
maupun orang lain
c)
Lingkungan
yang aman dan pengawasan yang tepat dapat mencegah cedera.
|
4.
Implementasi
Lakukan
sesuai dengan intervensi.
5.
Evaluasi
Dx
1
- Tanda
– tanda vital klien dalam batas normal
TD :
N:80- 100 x/mnt
S : 36- 37 ° C
RR: 20 x/mnt
- Tingkat
kesadaran klien compos mentis
Dx 2
- Klien
tertidur dalam 30 menit setelah naik ke tempat tidur
- Klien
dapat melaporkan perasaan segar saat terbangun di pagi hari
Dx
3
- Klien tidak nampak bingung
- Klien tidak mengalami disorientasi
Dx
4
- Klien tampak bersih dan segar
- Klien dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri sesuai toleransi
- Klien dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi sesuai dengan batas kemampuan
- Klien dapat memenuhi kebutuhan
toileting sesuai toleransi
Dx
5
-
Membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti
sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Dx 6
-
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
-
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang
sehat untuk membagikan perasaannya
Dx
7
-
Klien mengerti tentang kondisi tubuhnya
berhubungan dengan penyakit
-
Pengetahuan klien tentang penyakitnya
dan terapi yang diterima bertambah
Dx
8
- Klien tidak mengalami
tanda-tanda cedera seperti memar, patah
tulang.