Selasa, 25 April 2017

usus buntu

Pengertian Penyakit Usus Buntu

Penyakit usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan apendiks atau usus buntu.  Sedangkan usus buntu adalah organ berbentuk kantong kecil dan tipis berukuran 5 hingga 10 cm yang terhubung pada usus besar. Hingga saat ini, alasan kenapa kita memiliki usus buntu masih belum diketahui.
alodokter-usus-buntu
Pengangkatannya pun tidak memengaruhi kondisi kesehatan. Namun penyakit usus buntu atau apendisitis berpotensi memicu komplikasi yang serius.
Apendisitis merupakan penyakit umum yang bisa menyerang siapa saja. Tetapi, kalangan muda yang berusia 10 sampai 30 tahun adalah kelompok orang yang paling sering mengalami kondisi ini.

Gejala-gejala Penyakit Usus Buntu

Gejala utama pada penyakit usus buntu adalah sakit perut. Meski demikian, tidak semua jenis sakit perut akan berujung pada apendisitis.Sakit perut yang mengindikasikan penyakit ini biasanya berawal di perut bagian tengah. Pada awalnya, rasa sakit itu akan datang dan pergi. Beberapa jam kemudian, rasa sakit akan berpindah ke perut kanan bawah (tempat usus buntu berada) sebelum akhirnya bertambah parah dan terus menerus terasa sakit.
Rasa sakit juga akan bertambah parah ketika terjadi penekanan pada bagian perut tersebut. Begitu juga pada saat Anda batuk atau berjalan. Beberapa gejala lain yang dapat menyertai sakit perut itu antara lain:
Penyakit usus buntu juga sering dikira sebagai penyakit lain, seperti keracunan makanan, sindrom iritasi usus yang parah, konstipasi biasa, dan infeksi saluran kemih. Wanita muda juga sering mengira gejala penyakit ini sehubungan dengan kandungan, seperti kehamilan ektopik atau nyeri menstruasi.Konsultasikan kepada dokter apabila Anda mengalami sakit perut yang perlahan-lahan makin parah. Segera panggil ambulans jika sakit perut Anda  bertambah parah secara mendadak dan menyebar ke seluruh perut. Ini mengindikasikan kemungkinan pecahnya usus buntu yang dapat memicu peritonitis (infeksi serius pada lapisan perut bagian dalam).

Penyebab Penyakit Usus Buntu

Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti, sehingga pencegahannya juga belum diketahui. Meski demikian, sebagian besar apendisitis diperkirakan terjadi akibat tersumbatnya ‘pintu masuk’ menuju usus buntu oleh:
Penyumbatan tersebut akan menyebabkan terjadinya inflamasi dan pembengkakan. Tekanan akibat pembengkakan akan memicu pecahnya usus buntu.

Proses Diagnosis Penyakit Usus Buntu

Gejala-gejala yang identik dengan peradangan usus buntu terkadang hanya ditemukan pada sebagian penderita. Gejala tersebut juga cenderung mirip dengan penyakit lain sehingga sulit didiagnosis.Letak usus buntu pada tiap orang berbeda-beda. Hal ini juga dapat mempersulit proses diagnosis. Ada yang terletak di bagian lain, misalnya pada rongga panggul, di belakang usus besar atau di bawah organ hati.
Dokter biasanya akan menanyakan gejala-gejala Anda sebelum mengadakan pemeriksaan lebih lanjut yang berupa:
  • Pemeriksaan fisik untuk mengonfirmasi rasa sakit pada perut. Bagian di sekitar usus buntu (perut kanan bawah) akan ditekan secara perlahan-lahan. Ketika tekanan dilepaskan oleh dokter, sakit perut akibat apendisitis umumnya akan bertambah parah.
  • Tes darah guna memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan adanya infeksi.
  • Tes urine untuk menghapus kemungkinan adanya penyakit lain, misalnya infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
  • CT scan atau USG agar kondisi usus buntu bisa diperiksa. Misalnya, membengkak atau tidak.
  • Pemeriksaan organ intim dan tes kehamilan bagi wanita yang belum menopause. Prosedur ini berfungsi menghapus kemungkinan adanya penyakit yang berhubungan dengan organ kewanitaan.

Langkah Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Langkah pengobatan utama untuk penyakit usus buntu adalah melalui prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau yang dikenal dengan istilah apendektomi. Usus buntu tidak memiliki fungsi yang penting bagi tubuh manusia dan pengangkatannya tidak akan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.Menjalani operasi jauh lebih aman daripada menunggu hasil konfirmasi adanya peradangan usus buntu. Makin lama menunggu, risiko pecahnya usus buntu akan makin meningkat.
Sama seperti semua operasi, apendektomi tetap memiliki risiko seperti munculnya infeksi pada luka operasi serta pendarahan. Tetapi, operasi ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan jarang menyebabkan komplikasi jangka panjang.
Terdapat dua jenis apendektomi yang dapat dilakukan, yaitu operasi laparoskopi atau ‘lubang kunci’ dan bedah sayatan terbuka. Keduanya dilakukan dengan pembiusan total.
Operasi pengangkatan usus buntu melalui prosedur ‘lubang kunci’ (laparoskopi) lebih banyak dipilih, terutama bagi pasien manula atau yang mengalami obesitas. Laparoskopi hanya membutuhkan beberapa sayatan kecil pada perut untuk mengangkat usus buntu sehingga masa pemulihan pasien akan jauh lebih cepat. Pasien biasanya akan diizinkan pulang setelah beberapa hari atau bahkan 24 jam.
Namun, tidak semua penderita penyakit usus buntu dapat menjalani operasi laparoskopi, misalnya karena usus buntu sudah pecah atau infeksinya yang sudah menyebar. Apabila ini terjadi, penderita membutuhkan prosedur bedah sayatan terbuka untuk mengangkat usus buntu sekaligus membersihkan rongga perut.
Proses operasi ini biasanya membutuhkan masa pemulihan selama satu minggu sebelum pasien diizinkan pulang. Pasien biasanya dapat kembali beraktivitas secara normal dalam 2 hingga 3 minggu. Tapi aktivitas berat disarankan untuk dihindari selama 1 sampai 2 bulan setelah operasi.
Pemantauan masa pemulihan juga sangat penting. Segera hubungi dokter atau rumah sakit tempat Anda dioperasi jika Anda mengalami gejala-gejala infeksi seperti muntah-muntah, rasa nyeri dan pembengkakan yang semakin parah, demam, luka operasi terasa panas, atau ada cairan yang keluar dari luka operasi.
Penyakit usus buntu juga bisa menyebabkan gumpalan atau benjolan pada usus buntu yang terdiri dari jaringan usus buntu dan lemak. Benjolan tersebut terbentuk karena upaya alami tubuh untuk mengatasi radang usus buntu ini. Dokter biasanya tidak menganjurkan Anda untuk segera menjalani operasi. Anda akan diberikan antibiotik selama beberapa minggu agar infeksi gumpalan usus buntu berkurang sebelum dioperasi.

Komplikasi Pecahnya Usus Buntu

Penyakit usus buntu yang tidak diobati berisiko untuk pecah dan dapat berakibat fatal. Segera hubungi rumah sakit jika sakit perut Anda mendadak makin parah dan menyebar ke seluruh perut. Ini mengindikasikan kemungkinan pecahnya usus buntu yang dapat memicu sejumlah komplikasi seperti:
  • Peritonitis. Ini adalah peradangan peritoneum, yaitu jaringan tipis yang melapisi dinding perut bagian dalam dan organ-organ di dalam rongga perut. Peradangan ini disebabkan oleh bakteri dari dalam usus buntu yang pecah. Gejalanya meliputi sakit perut yang parah dan terus-menerus, muntah, detak jantung cepat, demam, daerah perut yang membengkak, serta napas pendek dan terengah-engah. Komplikasi ini biasanya ditangani dengan pemberian antibiotik dan operasi pengangkatan usus buntu
  • Abses, yaitu kantong kumpulan nanah yang terasa sakit. Komplikasi ini muncul sebagai usaha alami tubuh untuk mengatasi infeksi akibat usus buntu yang pecah. Penanganannya dilakukan dengan penyedotan nanah dari abses atau terkadang dengan antibiotik. Jika ditemukan dalam operasi, abses dan bagian di sekitarnya akan dibersihkan dengan hati-hati dan diberi antibiotik.

sakit maag

Pengertian Sakit Maag

Sakit maag (indigestion) adalah istilah yang menggambarkan nyeri yang berasal dari lambung, usus halus, atau bahkan kerongkongan akibat sejumlah kondisi. Sebutan lain sakit maag adalah dispepsia.
Sakit maag bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat luka terbuka yang muncul di lapisan dalam lambung (tukak lambung), infeksi bakteri Helicobacter pylori, efek samping penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan stres.
sakit maag-alodokter
Meskipun sebagian besar sakit maag bisa ditangani tanpa perlu berkonsultasi kepada dokter, namun pemeriksaan dokter medis tetap perlu dilakukan jika sakit maag disertai dengan Anda menjadi sering muntah, Anda menjadi sulit menelan dan mengalami penurunan berat badan, serta jika Anda dan telah menginjak berusia 55 tahun ke atas.
Jika Anda terbukti sakit maag, maka dokter akan meresepkan obat. Beberapa contoh obat yang bisa digunakan untuk mengatasi sakit maag adalah antasida, antagonis reseptor H2 (H2RA), penghambat pompa proton (PPI), alginat, antibiotik, prokinetik, dan obat antidepresan.
Sakit maag termasuk penyakit umum di Indonesia. Menurut data yang dilakukan di beberapa pusat endoskopi di Indonesia terdapat sekitar 7000 kasus maag dengan 86,4 persen dari jumlah tersebut merupakan dispepsia fungsional. Dispepsia fungsional merupakan kondisi sakit maag yang tidak diketahui penyebabnya.

Gejala Sakit Maag

Selain nyeri pada perut bagian atas (area antara pusar dan bawah tulang dada), gejala sakit maag bisa berupa:
  • Rasa panas pada perut bagian atas
  • Cepat merasa kenyang ketika makan dan rasa kenyang berkepanjangan setelah makan
  • Mual
  • Kembung pada perut bagian atas
  • Refluks (kembalinya makanan atau cairan dari lambung ke kerongkongan)
  • Sering bersen­dawa
  • Muntah
  • Nyeri ulu hati atau rasa panas dan nyeri di tengah dada (kadang-kadang terasa sampai punggung dan leher) yang muncul ketika atau setelah makan
Sakit maag yang disertai dengan gejala rasa panas di dalam dada akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan, adalah kasus sakit maag yang seringkali terjadi.Bagi penderita sakit maag, gejala biasanya akan menjadi lebih buruk jika dirinya juga mengalami stres. Selain stres, masuknya udara lewat mulut ketika mengonsumsi makanan juga bisa menyebabkan perut semakin kembung dan frekuensi sendawa meningkat.

Penyebab Sakit Maag

Berikut ini beberapa kondisi yang bisa menyebabkan sakit maag, di antaranya:
  • Tukak lambung (luka terbuka yang muncul di lapisan dalam lambung)
  • Infeksi bakteri Helicobacter pylori
  • Efek samping penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen dan aspirin) dan obat golongan nitrat
  • Masalah psikologi (misalnya cemas dan stres)
  • Penyakit refluks gastroesofagus (pergerakan balik asam lambung menuju kerongkongan)
  • Terlalu banyak makan
  • Obesitas
  • Makan terlalu cepat
  • Mengonsumsi makanan berminyak, berlemak, dan pedas
  • Merokok
  • Terlalu banyak mengonsumsi kafein, soda, atau minuman beralkohol
  • Terlalu banyak mengonsumsi cokelat
  • Konstipasi
Selain kondisi-kondisi di atas, sakit maag juga bisa terjadi akibat komplikasi suatu penyakit. Contoh-contoh penyakit yang bisa menyebabkan sakit maag adalah penyakit batu empedu, radang pankreas (pankreatitis), penyakit iskemia usus (berkurangnya aliran darah di usus), penyumbatan usus, penyakit celiac, penyakit hernia hiatus (bagian lambung menonjol ke dalam diafragma), dan kanker lambung.

Diagnosis Sakit Maag

Sebagian besar kasus sakit maag tidak membutuhkan pemeriksaan dokter, namun temuilah dokter jika sakit maag Anda sering kumat dan Anda:
  • Sudah berusia 55 tahun ke atas
  • Sering muntah
  • Mengalami disfagia atau sulit menelan
  • Mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
  • Mengeluarkan muntah atau tinja yang disertai darah
Selain itu, pemeriksaan dokter juga perlu dilakukan bagi penderita sakit maag persisten yang tengah menderita anemia defisiensi zat besi atau sakit maag persisten tersebut menyebabkan munculnya benjolan di area sekitar lambung.Contoh-contoh pemeriksaan lanjutan yang mungkin diterapkan oleh dokter, di antaranya:
  • Pemeriksaan gangguan metabolisme dan gangguan tiroid yang dilakukan di laboratorium.
  • Endoskopi dan pengambilan sampel jaringan (biopsi) untuk mendeteksi adanya masalah pada saluran pencernaan bagian atas.
  • Pemeriksaan tinja dan napas untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori.
  • Pemindaian dengan CT scan atau X-ray untuk mendeteksi adanya obstruksi usus.

    Pengobatan Sakit Maag

    Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan sakit maag, di antaranya:
  • Mengurangi atau menghentikan konsumsi zat kafein atau alkohol apabila sakit maag disebabkan oleh kedua zat tersebut.
  • Menghindari makanan-makanan yang bisa memicu sakit maag atau membagi porsi makan ke dalam jadwal makan yang baru (misalnya sebelumnya Anda makan tiga kali sehari, namun masing-masing dalam porsi besar, Anda bisa mengubahnya menjadi empat atau lima kali sehari dengan porsi masing-masing yang lebih sedikit).
  • Tidak membiarkan diri dikuasai oleh rasa cemas dan mengendalikan stres. Apabila Anda tidak mampu melakukannya, minta bantuan psikiater. Teknik relaksasi atau terapi perilaku kognitif merupakan contoh pengobatan yang mungkin disarankan.
  • Menghentikan konsumsi ibuprofen atau aspirin jika sakit maag disebabkan oleh obat-obat tersebut. Selanjutnya, konsultasikan kepada dokter untuk menentukan obat pengganti.
Obat-obatanPada kasus sakit maag persisten, penggunaan obat-obatan adalah pilihan utama untuk mengatasi kondisi ini. Beberapa contoh obat yang biasanya diresepkan dokter adalah:
  • Antasida. Obat ini mampu menetralkan asam lambung berlebih agar tidak mengiritasi dinding saluran pencernaan. Antasida dapat dibeli tanpa resep untuk mengatasi gejala sakit maag yang masih tergolong ringan atau menengah.
  • Obat antagonis reseptor H2 (H2RA). Obat ini mampu mengurangi jumlah asam lambung.
  • Obat penghambat pompa proton (PPI). Sama seperti H2RA, obat-obatan PPI bertujuan mengurangi kadar asam lambung. Selain itu, obat ini juga bisa diresepkan untuk penderita sakit maag yang mengalami gejala panas dan nyeri di tengah dada.
  • Alginat. Obat ini biasanya diresepkan pada kasus sakit maag yang disebabkan oleh refluks asam lambung.
  • Antibiotik. Obat ini akan diresepkan dokter jika sakit maag yang terdeteksi disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori.
  • Prokinetik. Obat ini mampu meredakan gejala sakit maag dengan cara mempercepat pencernaan makanan.
  • Obat antidepresan. Obat ini bisa saja diresepkan dokter guna mengurangi gejala nyeri saat sakit maag.

    Komplikasi Sakit Maag

    Beberapa contoh komplikasi yang berkaitan dengan sakit maag adalah:
  • Penyempitan esofagus. Penyempitan atau striktur esofagus bisa saja terjadi pada seseorang yang sering mengalami sakit maag akibat refluks asam. Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menimbulkan jaringan parut di kerongkongan dan mempersempit saluran tersebut. Gejala yang bisa muncul berupa sulit menelan dan nyeri dada.
  • Esofagus Barrett. Serupa dengan penyempitan esofagus, esofagus Barrett disebabkan oleh paparan asam lambung di kerongkongan secara terus-menerus. Namun pada kasus ini, sel-sel yang terdapat di lapisan bagian bawah kerongkongan berubah menjadi sel kanker. Perubahan sel tersebut berisiko mengarah kepada kanker kerongkongan.
  • Stenosis pilorus. Kondisi ini disebabkan oleh paparan asam lambung pada area pilorus (bagian antara lambung dan usus halus) dalam jangka panjang. Paparan menimbulkan jaringan parut dan mempersempit pilorus. Akibatnya makanan menjadi tidak tercerna dengan baik. Selain itu, muntah-muntah juga bisa dialami oleh penderita stenosis pilorus.

konstipasi

Pengertian Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa benar-benar tuntas,  atau tidak bisa sama sekali. Secara umum, seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Tiap pengidap bisa mengalami konstipasi dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Ada yang mengalaminya untuk waktu singkat dan ada juga yang jangka panjang atau kronis. Konstipasi kronis biasanya menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari.
Stomach illness

Penyebab dan Faktor Risiko Konstipasi

Konstipasi atau sembelit merupakan penyakit yang sangat umum dan bisa diderita oleh siapa saja. Meski demikian, penyakit ini dua kali lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria, terutama pada masa kehamilan. Lansia juga termasuk kelompok orang yang lebih sering mengalaminya.Penyebab konstipasi pada seseorang bisa lebih dari satu faktor. Misalnya, kurang minum, kurang konsumsi serat, perubahan pola makan, serta kebiasaan mengabaikan keinginan untuk buang air besar, efek samping obat-obatan, dan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Sementara pada anak-anak, pola makan yang buruk, rasa cemas saat menggunakan toilet, dan masalah saat latihan menggunakan toilet bisa menjadi penyebab konstipasi.

Langkah Pengobatan Konstipasi

Perubahan pola makan dan gaya hidup merupakan langkah utama dalam mengobati konstipasi. Langkah-langkah tersebut meliputi:
  • Meningkatkan konsumsi serat per hari secara bertahap.
  • Mengonsumsi lebih banyak air putih.
  • Lebih sering berolahraga.
Jika perubahan sederhana pada pola makan dan gaya hidup tidak bisa membantu, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Setelah mendiagnosis kondisi Anda, dokter umumnya akan memberikan obat pencahar untuk melancarkan proses buang air besar. Langkah ini biasanya efektif, tapi tubuh Anda membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membiasakan diri dengan proses buang air besar secara rutin.

Pencegahan dan Komplikasi Konstipasi

Di samping mengubah pola makan dan gaya hidup, Anda juga bisa mengurangi risiko konstipasi dengan tidak mengabaikan keinginan untuk ke toilet dan mengatur jadwal buang air besar agar bisa dilakukan dengan leluasa dan nyaman.Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi. Namun jika dialami dalam jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan hemoroid atau wasir, impaksi feses (menumpuknya tinja kering dan keras di rektum), sobeknya kulit pada anus, serta prolaps rektum (sebagian usus yang mencuat keluar dari anus akibat mengejan).

Gejala Konstipasi

Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang lebih jarang dari biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu). Sementara sejumlah tanda-tanda umum yang menyertai gejala utama meliputi:
  • Harus mengejan saat buang air besar.
  • Proses buang air besar terasa tidak tuntas.
  • Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.
  • Ukuran tinja bisa besar atau sangat kecil.
  • Terasa ada yang mengganjal pada rektum.
  • Sakit dan kram perut, terutama pada perut bagian bawah.
  • Perut terasa kembung.
  • Mual.
  • Tidak nafsu makan.
Periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gejala konstipasi disertai kelelahan, penurunan berat badan tanpa alasan jelas, mual, muntah, serta pendarahan pada rektum.Konstipasi juga sering dialami oleh bayi dan anak-anak dengan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Tetapi ada beberapa gejala lain yang mungkin akan dialami oleh anak-anak dan bayi, seperti sering mengeluarkan bercak-bercak di celana karena tinja yang menumpuk di rektum, tinja atau kentut berbau busuk, serta cenderung terlihat lemas, rewel atau murung.
Segera bawa anak Anda ke dokter jika mengalami konstipasi. Penanganan dengan obat pencahar untuk anak sering dianjurkan oleh dokter.

Penyebab Konstipasi

Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan. Akibat banyak sisa-sisa makanan yang tertinggal terlalu lama, kolon atau usus besar akan menyerap air makin banyak, sehingga membuat tinja menjadi keras dan kering.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang terkadang terjadi secara bersamaan. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
  • Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
  • Kurang aktif dan jarang melakukan olahraga.
  • Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Rasa tidak leluasa saat menggunakan toilet.
  • Kekurangan atau kelebihan berat badan.
  • Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.
  • Penyakit atau kondisi medis lain, misalnya diabetes, prolaps rektum, penyumbatan atau penyempitan usus, kanker usus besar, stroke, penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, hipotiroidisme, serta hipertiroidisme.
  • Efek samping obat-obatan tertentu, contohnya suplemen kalsium, suplemen zat besi, antasida yang mengandung aluminium, obat diuretik, analgesik yang mengandung opium (seperti kodein dan morfin), antidepresan, antiepileptik untuk pengobatan epilepsi, serta antipsikotik untuk pengobatan skizofrenia dan penyakit kejiwaan lainnya. Jika penyebabnya memang obat, konstipasi biasanya akan reda saat Anda berhenti meminum obat tersebut.

Konstipasi Pada Bayi dan Anak-anak

Bayi dan anak-anak sering mengalami konstipasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah:
  • Pola makan yang buruk, misalnya bayi yang minum susu terlalu banyak atau anak-anak yang makan dengan porsi berlebihan, kurang minum air putih, atau kurang asupan seratnya.
  • Sering menahan keinginan buang air besar, contohnya karena terlalu asyik bermain.
  • Merasa tertekan saat latihan menggunakan toilet, misalnya karena diajari terlalu dini atau karena orang tua yang terlalu sering menasihati.
  • Perubahan rutinitas, seperti cemas karena hari pertama masuk sekolah.
  • Rasa cemas atau tidak nyaman saat menggunakan toilet, contohnya karena trauma saat latihan.
  • Adanya kelainan, misalnya karena anus dan rektum bayi tidak terbentuk secara sempurna atau adanya gangguan pada sistem pencernaan.
Konstipasi dan KehamilanKonstipasi juga sering dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan karena tubuh mereka memproduksi lebih banyak hormon progesteron wanita. Peningkatan hormon yang berfungsi sebagai pelemas otot ini membuat otot usus sulit berkontraksi dan mendorong kotoran keluar.

Diagnosis Konstipasi

Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala, gaya hidup, serta rutinitas Anda. Riwayat kesehatan Anda juga akan menjadi faktor yang dapat membantu proses diagnosis oleh dokter.
Sejumlah kondisi yang menjadi pertimbangan dokter saat melakukan diagnosis meliputi apakah Anda perlu mengejan lebih lama tiap buang air besar, frekuensi buang air besar yang kurang dari tiga kali seminggu, dan tekstur tinja yang sering kali keras atau berbentuk butiran.
Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan apabila Anda mengalami impaksi feses atau penumpukan tinja yang kering dan keras di rektum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui anus atau dengan meraba perut (khususnya pada pasien anak-anak).
Tetapi jika Anda mengalami gejala konstipasi yang parah atau tidak kunjung sembuh meski sudah menjalani penanganan, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosis atau menghapus kemungkinan adanya penyakit lain. Di antaranya:
  • Rontgen perut.
  • Pemeriksaan manometri anorektal. Proses ini menunjukkan tingkat kinerja otot dan saraf di sekitar rektum.
  • Kolonoskopi.
  • CT scan.

    Pengobatan Konstipasi

    Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk melancarkan pencernaan agar pengidap dapat buang air besar secara teratur (setidaknya sekali dalam 2-3 hari dan tanpa mengejan).Penanganan pertama untuk konstipasi yang sering dianjurkan adalah memperbaiki pola makan dan gaya hidup, terutama peningkatan konsumsi serat. Tingkat kecukupan serat yang terkandung di dalam asupan makanan, seperti buah, sayur, serta gandum, akan berdampak pada kelancaran sistem pencernaan.
    Selain serat, ada juga beberapa langkah lain yang berguna dalam melancarkan sistem pencernaan tubuh kita. Langkah-langkah sederhana tersebut adalah:
  • Memperbanyak konsumsi air putih sehingga terhindar dari dehidrasi.
  • Hindari kafein karena dapat memicu dehidrasi.
  • Meningkatkan frekuensi olahraga, misalnya lari pagi atau sore tiap hari.
  • Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Coba letakkan lutut Anda pada posisi lebih tinggi dari pinggul pada saat buang air besar, misalnya saat duduk di toilet gunakan bangku kecil untuk meletakkan kaki.

Penanganan dengan Obat Pencahar

Apabila langkah penanganan awal kurang efektif, dokter umumnya akan menganjurkan penggunaan obat pencahar. Harap diingat bahwa selama menggunakan obat ini, Anda atau anak Anda disarankan mengonsumsi banyak air putih untuk menghindari dehidrasi. Obat pencahar ini akan melancarkan proses buang air besar dan tersedia dalam beberapa jenis, yaitu:
  • Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga feses akanmenjadi lebih lunak dan merangsang usus untuk mendorong tinja keluar. Contoh obat yang biasa diberikan oleh dokter adalah laktulosa dan macrogol.
  • Obat pencahar pembentuk tinja. Obat ini akan membuat tinja Anda mempertahankan cairan yang dikandung sehingga menjadi lunak dan dapat dikeluarkan dengan mudah. Oleh karena itu, penderita sebaiknya banyak minum air ketika menggunakan obat pencahar jenis ini. Sekam ispaghula dan metilselulosa adalah dua contoh obat pencahar pembentuk tinja yang sering diberikan oleh dokter.
  • Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang dan membantu otot saluran pencernaan untuk mendorong tinja dalam usus besar menuju anus. Pencahar stimulan diberikan jika tinja tetap sulit keluar, meski sudah lunak. Jenis yang sering diberikan adalah senna, bisacodyl dan sodium picosulphate.
Durasi penggunaan obat pencahar tergantung kepada tingkat keparahan konstipasi yang Anda alami. Jika mengalami konstipasi akibat obat atau penyakit lain, Anda mungkin harus mengonsumsi pencahar untuk waktu yang lebih lama seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dosisnya juga harus dikurangi secara bertahap dan satu demi satu apabila Anda menggunakan kombinasi dari beberapa jenis obat pencahar. Tapi bila konstipasi terjadi tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek, maka pencahar dapat segera dihentikan ketika feses sudah lunak dan mudah dikeluarkan.Obat pencahar juga dapat digunakan oleh ibu hamil, karena sebagian besar obat ini tidak diserap oleh sistem pencernaan sehingga tidak akan berdampak pada janin. Pencahar yang aman untuk masa kehamilan adalah pencahar osmotik laktulosa dan macrogol. Jika keduanya tidak efektif, dokter akan menganjurkan bisacodyl atau senna (pencahar stimulan) dosis rendah. Tetapi senna tidak cocok untuk diminum pada masa kehamilan trimester ketiga, karena sebagian obat ini akan terserap oleh sistem pencernaan.

Penanganan Konstipasi Pada Bayi

Langkah penanganan untuk bayi tergantung pada apakah bayi Anda sudah mengonsumsi makanan padat atau belum.Konstipasi pada bayi yang belum disapih atau belum mengonsumsi makanan padat dapat ditangani dengan memberikan air putih di sela-sela jadwal pemberian susu. Jika bayi Anda mengonsumsi susu formula, berikanlah sesuai takaran dan tidak perlu dikurangi. Menggerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda atau memijat perutnya dengan hati-hati mungkin bisa Anda lakukan untuk merangsang kontraksi ususnya.
Sedangkan penanganan konstipasi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat dapat dilakukan dengan memberinya air putih atau jus buah bercampur air. Jika memungkinkan, Anda juga bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan atau dicincang. Buah-buahan yang cocok dikonsumsi bayi yang mengalami konstipasi antara lain anggur, apel, alpukat, kiwi, pisang, mangga, stroberi, dan pepaya.
Jika perubahan pola makan ini tidak efektif atau bayi yang mengalami konstipasi tingkat parah, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik terlebih dulu sebelum pencahar stimulan jika memang dibutuhkan. Sementara obat pencahar pembentuk tinja tidak dianjurkan untuk bayi.

Langkah Pengobatan untuk Impaksi Feses

Impaksi feses terjadi saat ada tinja keras dan kering yang menumpuk serta menyumbat rektum. Pengobatan untuk komplikasi ini biasanya dilakukan dengan mengombinasikan obat pencahar osmotik macrogol dosis tinggi dan obat pencahar stimulan.Tetapi, jika tubuh Anda tidak bereaksi terhadap pencahar ini, dokter akan memberikan enema kecil atau supositoria. Enema adalah obat cair yang disuntikkan ke dalam usus besar melalui anus. Docusate dan natrium sitrat bisa diberikan sebagai enema. Sedangkan supositoria adalah kapsul yang dimasukkan melalui anus. Obat ini akan larut secara bertahap, lalu terserap ke dalam aliran darah. Contohnya adalah bisacodyl.
Komplikasi
Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali Anda mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
  • Hemoroid atau wasir – pembengkakan dinding anus akibat pelebaran pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama. Pembuluh darah ini bisa pecah sehingga menyebabkan pendarahan.
  • Fisura pada anus. Mengejan terlalu lama dan tinja yang keras atau besar dapat mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding anus.
  • Impaksi feses – menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut.
  • Prolaps rektum rektum jatuh dari posisinya di dalam tubuh dan mencuat keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.
  • Tes darah guna memeriksa kadar hormon dalam tubuh, terutama hormon tiroid.

    Pencegahan Konstipasi

    Konstipasi termasuk kondisi kesehatan yang bisa kita hindari. Beberapa langkah sederhana untuk mencegah kondisi ini adalah:
  • Memperbanyak konsumsi serat, misalnya dengan makan sayur, buah, beras merah, sereal, biji-bijian, serta kacang-kacangan.
  • Meningkatkan konsumsi cairan agar kotoran dalam usus selalu lunak.
  • Kurangi konsumsi minuman berkafein. Jenis minuman ini berpotensi meningkatkan risiko dehidrasi.
  • Hindari produk susu. Jenis makanan atau minuman yang terbuat  dari susu juga bisa memicu kemungkinan konstipasi pada sebagian orang.
  • Meningkatkan frekuensi olahraga. Lakukan setidaknya 2 hingga 3 jam dalam seminggu. Rutin berolahraga tidak hanya akan membantu menurunkan risiko konstipasi, tapi dapat mencegah penyakit lain.
  • Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Kebiasaan menahan keinginan buang air besar akan meningkatkan risiko konstipasi.
  • Mengatur kebiasaan buang air besar agar dapat dilakukan dengan leluasa dan nyaman.

disentri

Pengertian Disentri

Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau lendir. Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya. Di samping diare, gejala disentri lainnya meliputi kram perut, mual atau muntah, serta demam.
alodokter-disentri

Kasus Disentri di Indonesia

Disentri merupakan penyakit yang sangat umum terjadi, terutama jenis disentri basiler. Penyakit ini bisa muncul sepanjang tahun di Indonesia.Jumlah pasti penderita disentri tidak diketahui karena selain penyakit ini belum tercatat secara resmi, kebanyakan penderita juga merawat diri di rumah tanpa berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang buruk dan keterbatasan air bersih, terutama di daerah yang padat penduduknya, bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit ini. Selain itu, faktor risiko disentri yang kuat di Indonesia adalah kontaminasi pada makanan dan minuman.

Penyebab dan Jenis Disentri

Disentri dapat dikelompokan berdasarkan dari penyebabnya. Dua jenis utama dari penyakit ini adalah:
  • Disentri basiler atau sigelosis yang disebabkan oleh bakteri shigella.
  • Disentri amoeba atau amoebiasis yang disebabkan oleh amoeba (parasit bersel satu) bernama Entamoeba histolytica. Jenis disentri ini biasanya ditemukan di daerah tropis.
Disentri basiler merupakan jenis disentri yang paling umum terjadi. WHO memperkirakan sekitar 120 juta kasus disentri yang parah termasuk jenis ini dan mayoritas pengidapnya adalah balita.Kedua jenis disentri tersebut biasanya menular karena lingkungan yang kotor. Manusia juga sering terinfeksi karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh kotoran pengidap. Misalnya akibat pengidap tidak membasuh tangan dengan bersih setelah buang air besar.

Risiko Komplikasi Disentri

Penderita disentri dianjurkan untuk terus waspada, karena disentri bisa memicu beberapa komplikasi, bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini umumnya terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk, dan terutama jika perawatan klinis susah untuk didapatkan. Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
  • Dehidrasi karena kehilangan cairan akibat diare dan muntah-muntah. Ini merupakan kondisi yang bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak.
  • Abses pada hati akibat amoeba yang menyebar hingga ke hati.
Memang tidak semua penderita harus ke dokter jika mengalami disentri, karena biasanya bisa pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Tetapi jika Anda mengalami diare berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari, segera konsultasikan kepada dokter agar bisa memperoleh diagnosis dan  pengobatan yang lebih akurat.Khusus untuk anak-anak, pengawasan yang lebih ketat harus dilakukan. Apabila anak Anda mengalami diare selama 6 kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam atau diare yang berkelanjutan, Anda disarankan untuk membawanya ke dokter

Langkah Pencegahan Disentri

Menjaga kebersihan merupakan faktor utama dalam pencegahan disentri Penyakit ini termasuk sangat mudah menular, terutama pada anggota keluarga. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mencegah disentri dan penularannya:
  • Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun setelah menggunakan toilet.
  • Selalu mencuci tangan sebelum makan, memasak, serta menyiapkan makanan
  • Bersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar.
  • Memisahkan pakaian pengidap saat dicuci.
  • Jangan menggunakan handuk atau peralatan makan yang sama dengan pengidap.
  • Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal 48 jam setelah periode disentri berakhir.

    Gejala Disentri

    Disentri Akibat Bakteri

    Jenis disentri yang paling sering terjadi adalah disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella (disentri basiler atau sigelosis). Gejala-gejala disentri ini cenderung berlangsung selama 5-7 hari dan umumnya berupa:
  • Diare disertai darah.
  • Demam.
  • Mual
  • Muntah.
  • Kram perut.

Disentri Akibat Amoeba

Disentri jenis ini disebut disentri amoeba atau amoebiasis. Kondisi ini sering terjadi di daerah tropis, seperti Indonesia. Disentri amoeba umumnya memiliki masa inkubasi (jangka waktu seseorang terkena bakteri hingga muncul gejala) hingga 10 hari setelah paparan dan infeksi terjadi. Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:
  • Diare yang disertai darah atau nanah.
  • Sakit perut.
  • Demam dan menggigil.
  • Mual atau muntah.
  • Sakit saat buang air besar.
  • Pendarahan pada rektum.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Penurunan berat badan.
Parasit terkadang bisa masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ lain, terutama hati. Jika ini terjadi, amoeba bisa memicu terbentuknya abses hati dengan gejala-gejala seperti demam, lemas, mual, batuk, kehilangan nafsu makan, sakit kuning, serta berat badan menurun.Disentri amoeba biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Tanpa perawatan klinis, amoeba bisa terus hidup di usus selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, meski pengidap tidak lagi mengalami gejalanya. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan penularan dan kambuhnya diare.
Pada umumnya, kasus disentri yang parah bisa berujung pada dehidrasi. Gejala-gejala dehidrasi perlu diwaspadai, terutama jika disentri terjadi pada anak-anak, karena ketahanan tubuh mereka terhadap dehidrasi tidak setinggi orang dewasa.
Dehidrasi pada anak bisa berujung pada kematian. Jika telah mengalami diare sebanyak 6 kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam, anak Anda sebaiknya segera dibawa ke dokter. Gejala dehidrasi yang patut diwaspadai adalah kulit menjadi pucat, kaki dan tangan yang dingin, frekuensi buang air kecil yang menurun dibanding biasanya, serta kondisi tubuh melemah.

Penyebab Disentri

Penyebab disentri dibagi menjadi dua kategori, yaitu bakteri dan amoeba.

Disentri Akibat Bakteri

Bakteri shigella memiliki 4 jenis, yaitu Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella dysenteriae. Shigella sonnei merupakan penyebab disentri yang paling umum, sementara Shigella dysenteriae adalah penyebab disentri yang paling parah.Bakteri shigella yang ditemukan dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama akibat kebersihan yang tidak terjaga, misalnya:
  • Karena pengidap tidak mencuci tangan setelah buang air besar.
  • Jika kita mengonsumsi minuman atau makanan yang terkontaminasi.
  • Apabila kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri karena disentuh penderita yang tidak mencuci tangan.

Disentri Akibat Amoeba

Disentri amoeba atau amoebiasis disebabkan oleh amoeba (parasit bersel satu) yang disebut Entamoeba histolytica. Penyakit ini biasanya ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia.Setelah masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk kista yang terlindung dari asam lambung saat masuk ke perut. Dari perut, kista akan turun ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pecah dan melepaskan amoeba-amoeba yang akan mengakibatkan infeksi. Mereka bisa membenamkan diri ke dinding usus dan menyebabkan terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak).
Kista mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia. Jika standar kebersihan rendah, misalnya tidak ada saluran pembuangan yang higenis, amoeba akan mengkontaminasi area sekelilingnya termasuk makanan dan air.
Risiko penyebaran disentri amoeba juga akan meningkat jika Anda tinggal di lingkungan:
  • Dengan persediaan air bersih atau saluran pembuangan yang tidak memadai.
  • Berada di dekat dengan saluran pembuangan.
  • Yang padat penduduk, misalnya daerah kumuh.
  • Di mana tinja manusia digunakan sebagai pupuk.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah atau melakukan seks anal juga bisa menjadi faktor risiko tertular disentri.

Diagnosis Disentri

Konsultasikan kepada dokter jika Anda mengalami diare berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari. Jangan lupa untuk menginformasikan makanan apa saja yang Anda konsumsi, yang mungkin dapat menyebabkan diare.
Untuk mendiagnosis jenis disentri yang Anda idap, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel tinja. Apabila mencurigai Anda mengidap disentri amoeba,  dokter juga akan menganjurkan pemeriksaan lebih mendetail seperti tes darah guna memeriksa antibodi, USG hati agar bisa memastikan ada atau tidaknya abses pada hati, serta kolonoskopi untuk memeriksa kondisi usus besar.

Pengobatan Disentri

Disentri umumnya akan sembuh setelah beberapa hari tanpa membutuhkan perawatan medis, terutama disentri akibat bakteri. Banyak minum air putih sangat penting untuk menggantikan cairan yang terbuang selama mengalami diare agar terhindar dari dehidrasi.

Banyak Minum Cairan

Pencegahan dehidrasi pada bayi dan anak-anak sangatlah penting. Anda dianjurkan memberi anak minum air putih sedikit demi sedikit dan sesering mungkin walau mereka muntah. Sedikit minum lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindari memberi jus buah atau minuman bersoda pada anak Anda karena bisa memperparah diare.Sama halnya dengan anak-anak, orang dewasa sebaiknya banyak minum agar cairan yang terbuang dapat digantikan dan terhindar dari dehidrasi. Minumlah beberapa teguk air sesering mungkin. Pada kasus diare yang parah, cairan perlu diberikan melalui infus di rumah sakit.

Oralit

Penggunaan oralit dianjurkan jika:
  • Penderita rentan terhadap dehidrasi, misalnya karena berusia 60 tahun ke atas.
  • Penderita anak-anak yang sudah atau berisiko mengalami dehidrasi.
Oralit biasanya bisa dibeli tanpa resep dokter. Cairan ini berfungsi menggantikan garam, glukosa, dan mineral penting lainnya yang hilang dari tubuh karena dehidrasi.Namun harap diingat bahwa oralit bukan untuk menyembuhkan diare, melainkan membantu mengobati atau mencegah dehidrasi.

Konsumsi Makanan Padat

Konsumsilah makanan ringan dengan porsi kecil. Jangan lupa untuk menghindari makanan berlemak, pedas, dan berat.Pemberian makanan padat pada anak yang mengalami dehidrasi sebaiknya dihindari sampai mereka sudah cukup minum. Saat gejala dehidrasi sudah berkurang, anak Anda boleh mulai mengonsumsi makanan seperti biasa.

Pemberian Antibiotik

Penderita diare tingkat menengah sampai tingkat parah yang disebabkan bakteri shigella biasanya dianjurkan untuk meminum antibiotik guna mempercepat kesembuhan. Penderita diare dengan gejala yang bertambah parah juga demikian. Jenis antibiotik yang diberikan akan ditentukan oleh dokter setelah hasil pemeriksaan laboratorium membuktikan jenis disentri yang diidap oleh pasien.Pada pasien disentri amoeba, dokter biasanya akan menganjurkan konsumsi antibiotik yang akan memberantas amoeba sela

Pencegahan Disentri

Menjaga kebersihan adalah faktor utama dalam pencegahan disentri. Di bawah ini adalah sejumlah langkah sederhana yang bisa membantu kita untuk mencegah diare maupun disentri:
  • Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun setelah menggunakan toilet, sebelum makan, memasak, menyiapkan makanan, dan setelah bermain dengan hewan peliharaan.
  • Bersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar.
  • Memisahkan pakaian pengidap saat dicuci.
  • Mencuci pakaian pengidap dengan air panas.
  • Jangan menggunakan handuk atau peralatan makan yang sama dengan pengidap.
  • Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal 48 jam setelah periode disentri berakhir.
  • Hindari konsumsi makanan mentah, seperti karedok. Jika Anda ingin mengonsumsi buah-buahan, pilihlah buah dengan kulit yang bisa dikupas.
  • Menjauhi makanan yang kebersihannya tidak terjamin, misalnya yang dijual pedagang kaki lima.
  • Hanya mengonsumsi makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.
  • Hindari konsumsi es batu yang terbuat dari air yang tidak bersih.
  • Menghindari minum air langsung dari keran. Rebuslah terlebih dahulu.
  • Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
  • Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal dua hari setelah diare yang terakhir.
  • Hindari konsumsi minuman botol dengan segel yang rusak.
  • Jagalah kebersihan kuku, terutama jika Anda memiliki kuku yang panjang.

difteri

Pengertian Difteri

Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan umumnya memiliki masa inkubasi (rentang waktu sejak bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul) 2 hingga 5 hari. Gejala-gejala yang mengindikasikan penyakit ini meliputi:
  • Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
  • Demam dan menggigil.
  • Sakit tenggorokan dan suara serak.
  • Sulit bernapas atau napas yang cepat.
  • Pembengkakan kelenjar limfa pada leher.
  • Lemas dan lelah.
  • Hidung beringus. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang berdarah.
Difteri juga terkadang dapat menyerang kulit dan menyebabkan bisul. Bisul-bisul tersebut akan sembuh dalam beberapa bulan, tapi biasanya akan meninggalkan bekas pada kulit.Segera periksakan diri ke dokter jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala-gejala di atas. Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi.
Menurut World Health Organization (WHO), tercatat ada setidaknya 7.321 kasus difteri yang tercatat di seluruh dunia pada tahun 2014. Di antara angka tersebut, Indonesia turut menyumbang 394 kasus. Pada tahun 2015, angka kejadian difteri di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 502 kasus. Namun Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa 37 persen kasus ini terjadi pada penderita yang belum mendapatkan imunisasi difteri.
Di Indonesia, difteri termasuk salah satu penyakit yang pencegahannya dimasukkan ke dalam program imunisasi wajib pemerintah. Imunisasi difteri yang dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus ini disebut dengan imunisasi DPT 3. Cakupan imunisasi ini sendiri di Indonesia cukup luas, yakni sebesar 90-100 persen.

Proses Penularan Difteri

Penyebaran bakteri difteri dapat terjadi dengan mudah dan umumnya adalah melalui udara saat seorang penderita bersin atau batuk. Selain itu, ada sejumlah cara penularan lainnya yang perlu diwaspadai, seperti melalui:
  • Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
  • Sentuhan langsung pada bisul akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati. Sel-sel yang mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan. Di samping itu, racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.Terkadang, difteri bisa jadi tidak menunjukkan gejala apapun sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Apabila tidak menjalani pengobatan dengan tepat, mereka berpotensi menularkan penyakit ini kepada orang di sekitarnya, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi.

Diagnosis dan Langkah Pengobatan Difteri

Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau bisul untuk diperiksa di laboratorium.Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai penanganan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.
Antibiotik akan membantu tubuh untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri.
Sebagian besar penderita dapat keluar dari ruang isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari. Tetapi sangat penting bagi mereka untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, yaitu selama 2 minggu.
Penderita kemudian akan menjalani pemeriksaan laboratorium untuk melihat ada tidaknya bakteri difteri dalam aliran darah. Jika bakteri difteri masih ditemukan dalam tubuh pasien, dokter akan melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari.
Sementara antitoksin berfungsi untuk menetralisasi toksin atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter akan mengecek apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tersebut atau tidak. Apabila terjadi reaksi alergi, dokter akan memberikan antitoksin dengan dosis rendah dan perlahan-lahan meningkatkannya sambil melihat perkembangan kondisi pasien.
Bagi penderita yang mengalami kesulitan bernapas karena hambatan membran abu-abu dalam tenggorokan, dokter akan menganjurkan proses pengangkatan membran. Sedangkan penderita difteri dengan gejala bisul pada kulit dianjurkan untuk membersihkan bisul dengan sabun dan air secara seksama.
Selain penderita, orang-orang yang berada di dekatnya juga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter karena penyakit ini sangat mudah menular. Misalnya, keluarga yang tinggal serumah atau petugas medis yang menangani pasien difteri.
Dokter akan menyarankan mereka untuk menjalani tes dan memberikan antibiotik. Terkadang vaksin difteri juga kembali diberikan jika dibutuhkan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan proteksi terhadap penyakit ini.

Risiko Komplikasi Difteri

Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. Beberapa di antaranya meliputi:
  • Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini berpotensi memicu reaksi peradangan pada paru-paru sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.
  • Kerusakan jantung. Selain paru-paru, toksin difteri berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan peradangan otot jantung atau miokarditis. Komplikasi ini dapat menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan kematian mendadak.
  • Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit menelan, masalah saluran kemih, paralisis atau kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Paralisis ini akan membuat pasien tidak bisa bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan atau respirator. Paralisis diagfragma dapat terjadi secara tiba-tiba pada awal muncul gejala atau berminggu-minggu setelah infeksi sembuh. Karena itu, penderita difteri anak-anak yang mengalami komplikasi umumnya dianjurkan untuk tetap di rumah sakit hingga 1,5 bulan.
  • Difteri hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal.

Pencegahan Difteri dengan Vaksinasi

Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan.Vaksin DPT termasuk dalam 5 imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun.
Vaksinasi tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap difteri seumur hidup. Namun bagi mereka yang belum menerima vaksin ini saat bayi, terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap yang bisa diberikan pada usia 12 tahun.
Penderita difteri yang sudah sembuh juga disarankan untuk menerima vaksin karena tetap memiliki risiko untuk kembali tertular penyakit yang sama.

Pengertian, Indikasi, Proses Tentang Hemodialisa

Pengertian, Indikasi, Proses Tentang Hemodialisa


 

A. Pengertian

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006). Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001). Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (www.medicastore.com) .

B. Indikasi 

1. Indikasi Segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.


2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.

b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %, TKK : 5 ml/menit.


3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.


Program dialisa dikatakan berhasil jika:
§ penderita kembali menjalani hidup normal
§ penderita kembali menjalani diet yang normal
§ jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
§ tekanan darah normal
§ tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.


C. Tujuan

1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.


2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.


3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.


4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.


D. Peralatan Haemodialisa

1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)

AVBL terdiri dari :
a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.


b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.


2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
Ø Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
Ø Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
 Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.


3. Air Water Treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.


4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).


5. Mesin Haemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.


E. Proses Haemodialisa


Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter. AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.


F. Komplikasi Haemodialisa


1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.


2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.


3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.


4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.


5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.


6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.


7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.


8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

kista ovarium

Pengertian Kista Ovarium

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam ovarium. Tiap wanita memiliki dua indung telur (ovarium), satu di bagian kanan dan satu lagi di kiri rahim. Ovarium yang berukuran sebesar biji kenari ini merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita.
Organ ini berfungsi untuk menghasilkan sel telur tiap bulan (mulai dari masa pubertas hingga menopause) serta memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Fungsi ovarium terkadang dapat mengalami gangguan dan kista termasuk jenis gangguan yang sering terjadi.
alodokter-kista-ovarium
Kista ovarium dibagi ke dalam dua jenis utama, salah satunya adalah kista fungsional. Kista fungsional muncul sebagai bagian dari siklus menstruasi. Kista yang tergolong umum terjadi ini tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya.
Jenis kista yang kedua adalah kista patologis. Berbeda dengan kista fungsional, kista patologis mengandung sel abnormal. Pada sebagian kecil kasusnya, sel abnormal tersebut bersifat kanker.

Gejala Kista Ovarium

Cukup banyak wanita yang pernah memiliki kista ovarium. Namun, kista umumnya tidak menyebabkan gejala dan dapat hilang sendiri dalam beberapa bulan. Meskipun demikian, kista yang berukuran besar atau pecah berisiko mengakibatkan gejala serius sehingga perlu ditangani melalui operasi.Gejala-gejala kista ovarium yang perlu diwaspadai antara lain perdarahan yang lebih banyak daripada biasanya pada saat menstruasi, siklus menstruasi tidak teratur, sulit hamil, rasa nyeri pada tulang panggul, nyeri saat berhubungan seksual, serta kesulitan buang air besar atau buang air kecil.
Jika kista ovarium menyebabkan gejala, Anda kemungkinan akan dirujuk ke dokter spesialis ginekologi untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut (misalnya pemeriksaan organ intim, USG, atau tes darah) guna memastikan diagnosis.

Langkah Pengobatan untuk Mengatasi Kista

Kista umumnya akan hilang sendiri dalam beberapa bulan. Untuk memastikannya, Anda dapat menjalani pemeriksaan USG. Berikut beberapa faktor yang menentukan perlu atau tidaknya pengangkatan kista:
  • Ada atau tidak adanya gejala. Sekitar empat persen kasus kista akan menyebabkan gejala. Jika gejala terjadi, operasi pengangkatan akan dianjurkan.
  • Ukuran dan kandungan kista. Kista yang berukuran besar dan yang diperkirakan mengandung sel abnormal perlu diangkat melalui operasi.
  • Kista terjadi dalam masa menopause. Wanita yang telah mengalami menopause memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker ovarium yang berkembang dari kista.
Penderita kista yang telah mengalami menopause dianjurkan untuk menjalani tes darah dan USG secara teratur untuk memastikan hilangnya kista dalam waktu dekat. Jika tidak, kista perlu diangkat melalui operasi karena berpotensi berkembang menjadi kanker ovarium.

Dampak Kista pada Kesuburan

Kista sering dinilai dapat mengganggu kesuburan seorang wanita. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena pada umumnya kista dapat diangkat dengan mudah tanpa mengganggu ovarium.  Tapi untuk jenis kista ovarium yang kompleks, penanganan melalui operasi dapat memengaruhi tingkat kesuburan penderitanya.

Gejala Kista Ovarium

Keberadaan kista cenderung tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika sel kista tersebut pecah, berukuran besar, atau menyumbat aliran darah ke ovarium, akan muncul beberapa gejala. Di antaranya:
  • Menstruasi yang tidak teratur atau berubah.
  • Nyeri pada tulang panggul beberapa saat sebelum atau setelah menstruasi.
  • Nyeri pada tulang panggul saat berhubungan seks.
  • Sering buang air kecil.
  • Muntah, mual, dan payudara menjadi sensitif seperti saat hamil.
  • Sulit buang air besar.
  • Proses pencernaan yang tidak lancar.
  • Perut terasa kembung.
  • Lebih cepat merasa kenyang dibanding biasanya.
  • Limbung atau pusing.

Komplikasi

Meskipun beberapa wanita tidak akan merasakan gejala apapun, beberapa jenis kista ovarium bisa jadi bersifat ganas. Hal ini terutama mungkin terjadi apabila kista baru tumbuh setelah wanita melewati masa menopause. Maka dari itu, pemeriksaan rahim rutin perlu dilakukan meskipun Anda tidak merasakan gejala apapun untuk menghindari beberapa komplikasi seperti:
  • Torsi ovarium. Kista yang semakin membesar dapat menyebabkan ovarium bergeser dari posisi yang seharusnya, sehingga risiko ovarium untuk terplintir akan semakin meningkat. Kondisi terplintirnya ovarium ini disebut dengan torsi ovarium
  • Pecahnya kista, yang akan menimbulkan rasa nyeri dan perdarahan hebat dalam perut.

    Penyebab Kista Ovarium

    Kista ovarium terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu kista fungsional dan patologis.

    Kista Fungsional

    Kista fungsional muncul sebagai bagian dari siklus menstruasi. Kista yang paling umum terjadi ini cepat hilang dan tidak berbahaya. Kista fungsional bisa terbagi menjadi dua jenis yaitu kista korpus luteum dan kista folikel.Korpus luteum adalah sel yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron setelah pelepasan sel telur. Ketika lubang keluarnya sel telur pada korpus luteum tersumbat, penumpukan cairan pun terjadi. Inilah yang menyebabkan korpus luteum berkembang menjadi kista.
    Kista korpus luteum umumnya akan hilang dalam beberapa bulan, tapi memiliki risiko untuk pecah. Jika terjadi, kista ini dapat menyebabkan pendarahan dan sakit yang datang secara tiba-tiba.
    Jenis kista fungsional yang kedua adalah kista folikel. Di dalam ovarium, sel telur berkembang dalam struktur yang dikenal sebagai folikel. Kista folikel terbentuk ketika folikel mengalami gangguan sehingga tidak bisa melepaskan sel telur. Folikel pun membengkak karena penuh cairan dan menjadi sebuah kista. Kista folikel bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

    Kista Patologis

    Kategori kista ini tidak berhubungan dengan siklus menstruasi dan muncul akibat adanya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sebagian kecil kista ini bisa bersifat kanker.
    Kista dermoid
    Kista dermoid adalah jenis kista dengan sel abnormal yang paling umum terjadi pada wanita berusia di bawah 40 tahun.
    Kista ini dapat mengandung semua jenis jaringan manusia, misalnya rambut, darah, lemak, tulang, kulit, serta gigi. Hal ini dapat terjadi karena kista ini berasal dari sel yang belum berkembang menjadi sel telur. Sel ini mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi sel jaringan tubuh apapun.
    Kista dermoid umumnya tidak ganas, tapi dapat berkembang dan membesar hingga berdiameter 20 cm sehingga harus diangkat dengan proses operasi.
    Kista adenoma
    Ini adalah kista yang umum ditemukan pada wanita di atas 40 tahun dan terbentuk dari sel-sel jaringan luar ovarium.
    Kista adenoma dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kista adenoma serosa dan kista adenoma mukosa. Kista adenoma serosa biasanya berukuran kecil, tapi dapat mengakibatkan gejala jika pecah. Sedangkan ukuran kista adenoma mukosa dapat berkembang hingga berdiamater 35 cm. Kista ini jarang yang bersifat ganas, tapi dapat menyebabkan ovarium terpelintir sehingga aliran darah ke ovarium pun tersumbat.
    Selain penyebab kista yang telah dibahas di atas, faktor lain yang dapat memicu terbentuknya kista ovarium adalah menderita endometriosis atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).

    Diagnosis Kista Ovarium

    Keberadaan kista sering tidak terdeteksi karena sebagian besar tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika terdapat indikasi adanya kista ovarium, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis ginekologi untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Sebelum menjalani USG dan pemeriksaan darah spesifik, dokter akan memeriksa organ intim dan sekitar perut bawah untuk keberadaan kista.
    Setelah pemeriksaan fisik, USG akan dilakukan untuk memastikan keberadaan, letak, dan ukuran kista. Selain itu, cairan kandungan kista juga bisa terlihat melalui USG. Jika kista yang terdeteksi mengandung lebih banyak zat padat daripada cairan, tes darah akan dianjurkan. USG bisa dilakukan di atas perut atau bisa dimasukkan ke dalam vagina untuk gambar yang lebih jelas.
    Tes darah yang dianjurkan adalah untuk mengukur protein CA125. Jika kadar CA125 rendah, kecil kemungkinan pasien menderita kanker ovarium. Namun pasien tetap disarankan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan lain apabila terdapat gejala-gejala lain yang mengindikasikan suatu keganasan. Jika CA125 tinggi, besar kemungkinan pasien menderita kanker ovarium. Namun, peningkatan protein ini juga dapat disebabkan oleh penyakit selain kanker ovarium seperti endometriosis, penyakit inflamasi panggul, dan fibrosis uterus.
    Dokter juga dapat melakukan laparoskopi untuk mendiagnosis kista ovarium. Pada tindakan ini, sebuah instrumen medis akan dimasukkan ke dalam perut pasien, sehingga dokter dapat memeriksa ovarium.

    Pengobatan Kista Ovarium

    Kista umumnya akan hilang sendiri tanpa penanganan khusus. Ada beberapa hal yang menentukan perlu atau tidaknya langkah pengobatan, yaitu:
  • Ada atau tidaknya gejala akibat kista ovarium.
  • Ukuran kista.
  • Apakah penderita telah melewati masa menopause.
Penderita yang telah mengalami menopause mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengidap kanker ovarium. Oleh karena itu, agar kista tidak berkembang menjadi kanker, kista tersebut perlu diangkat melalui operasi jika dalam waktu dekat tidak menghilang.

Pemantauan Rutin

Pemantauan rutin biasa dilakukan jika ada kista tanpa gejala yang terdeteksi. Kista ini tidak membutuhkan penanganan khusus dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Untuk memastikan, Anda dapat menjalani pemeriksaan USG.

Menangani Kista Ovarium dengan Prosedur Operasi

Jika Anda mengidap kista berukuran besar yang terus berkembang atau yang menyebabkan gejala, dokter spesialis ginekologi biasanya akan menganjurkan Anda untuk menjalani operasi. Operasi pengangkatan kista berukuran kecil bisa dilakukan dengan operasi ‘lubang kunci’ atau laparoskopi. Sedangkan untuk kista yang besar atau yang diperkirakan mengandung sel abnormal, operasi dengan sayatan lebih besar atau laparotomi akan dilakukan.Semua operasi pasti memiliki risiko, termasuk operasi pada kista ovarium. Jika komplikasi terjadi, pasien perlu menemui dokter. Berikut ini beberapa gejala yang mengindikasikan terjadinya infeksi, yaitu:
  • Sakit tidak tertahankan atau pembengkakan pada perut.
  • Pendarahan yang parah.
  • Sekresi vagina yang berwarna gelap dan berbau tidak sedap.
  • Demam tinggi.

Konsumsi Pil KB

Dokter mungkin akan meresepkan pil KB untuk mengurangi risiko munculnya kista baru yang berkembang selama siklus menstruasi. Semakin lama pil KB dikonsumsi, maka resiko munculnya kista baru akan semakin menurun.

Dampak Penanganan Kista pada Kesuburan

Kista sering dinilai dapat mengganggu kesuburan seorang wanita. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena kebanyakan kista dapat diangkat dengan mudah tanpa menggangu organ reproduksi wanita. Walau demikian, ada prosedur operasi yang dapat memengaruhi kesuburan.Operasi pengangkatan ovarium sepenuhnya akan dianjurkan jika kista yang terdeteksi:
  • Berukuran sangat besar sehingga membungkus seluruh ovarium dan tuba falopi.
  • Kemungkinan besar bersifat ganas.
Pengangkatan satu ovarium memang akan sedikit memengaruhi tingkat kesuburan. Tetapi ovarium yang tersisa akan terus memproduksi hormon dan sel-sel telur sehingga kemungkinan Anda untuk hamil dan memiliki anak tetap ada.Berbeda halnya jika pengangkatan kedua ovarium dilakukan. Ini akan memicu menopause dini dan meniadakan kemungkinan Anda untuk memiliki anak. Pengangkatan kedua ovarium bersama dengan rahim dan jaringan sekitarnya dilakukan jika kista terbukti mengandung sel kanker ganas.

Kusta

Pengertian Kusta

Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Hansen adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderitanya mati rasa.
Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.
Leprosy - alodokter
Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Gejala Kusta

Gejala dan tanda kusta sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa di antaranya adalah:
  • Mati rasa. Tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
  • Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar siku dan lutut.
  • Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
  • Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
  • Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
  • Lemah otot atau kelumpuhan.
  • Hilangnya jari jemari.
WHO menggolongkan kusta menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada kulit penderita, yaitu:
  • Paucibacillary. Ada luka kulit tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.
  • Multibacillary. Ada luka kulit dengan bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.

Penyebab Kusta dan Faktor Risiko

Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut.M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
  • Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung tangan. Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
  • Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
  • Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
  • Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.

Diagnosis Kusta

Kebanyakan kasus kusta didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita biasanya bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau merah pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak di bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat)  seringkali dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta, seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah satu dari dua tanda utama berikut ini:
  • Adanya bercak pada kulit yang mati rasa.
  • Sampel dari usapan kulit positif terdapat bakteri penyebab kusta.

Pengobatan Kusta

Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus memastikan jenis kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta meliputi:
  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh.
Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:
  • Mati rasa atau kebas. Kehilangan sensasi merasakan rasa sakit yang bisa membuat orang berisiko cidera tanpa menyadari dan rentan terhadap infeksi.
  • Kerusakan saraf permanen.
  • Otot melemah.
  • Cacat progresif. Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan hidung.

Karsinoma Sel Skuamosa

Pengertian Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa atau KSS adalah salah satu jenis kanker kulit non-melanoma atau tidak ganas. Meski sebagian besar perkembangannya lamban dan jarang mengancam jiwa, kanker ini berkemungkinan menyebar hingga jaringan, tulang, atau noda limfa di sekitarnya. Jika ini terjadi, KSS akan sulit ditangani dan berpotensi memicu komplikasi yang serius.
KSS umumnya tumbuh pada kulit wajah, tepatnya di sekitar telinga atau bibir. Namun, tetap bisa muncul pada berbagai bagian kulit serta semua bagian tubuh yang memiliki sel skuamosa.
Karsinoma-Sel-Skuamosa-alodokter

Gejala dan Komplikasi Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa biasanya diawali dengan munculnya kulit bersisik seperti koreng disertai kulit memerah. Koreng tersebut kemudian tumbuh menjadi benjolan mirip kutil yang terkadang bisa berdarah.Segera periksakan ke dokter jika Anda memiliki koreng yang tidak kunjung sembuh selama delapan minggu atau lebih. Koreng KSS juga berpotensi tumbuh pada bekas luka atau kulit lecet yang kronis. Pada bibir atau dinding rongga mulut dalam timbul bercak bersisik yang kemudian menjadi luka kemerahan. Karena itu, diskusikanlah dengan dokter apabila terjadi perubahan abnormal pada luka Anda.

Penyebab dan Faktor Risiko Karsinoma Sel Skuamosa

Penyebab pertumbuhan dan perubahan abnormal pada sel-sel kanker belum diketahui penyebabnya. Demikian pula dengan karsinoma sel skuamosa.Para pakar menduga ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko KSS pada seseorang. Di antaranya meliputi:
  • Paparan sinar matahari yang berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet merupakan faktor risiko utama tidak hanya pada KSS, tapi juga kanker kulit pada umumnya.
  • Warna kulit. Orang berkulit terang lebih rentan mengidap KSS karena pigmen kulitnya lebih sedikit dibandingkan dengan orang berkulit gelap.
  • Suka menggelapkan kulit, baik dengan paparan sinar matahari secara langsung atau dengan menggunakan alat khusus.
  • Usia. Risiko KSS cenderung meningkat pada lansia.
  • Pengaruh keturunan. Risiko Anda untuk mengidap KSS akan meningkat jika memiliki anggota keluarga yang menderita kanker kulit.
  • Pernah mengidap kanker kulit.
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengonsumsi obat imunosupresan, pengidap limfoma, atau pengidap kanker darah.
  • Mengidap kelainan genetika seperti albinisme atau sindrom Gorlin.

Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa

Pemeriksaan akan diawali oleh dokter yang menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Dokter kemudian memeriksa kondisi fisik dan indikasi KSS, yaitu koreng pada kulit pasien.Apabila ada dugaan KSS, dokter akan menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut yang berupa biopsi. Dalam prosedur ini, sampel kulit dari koreng Anda akan diambil agar bisa diteliti di laboratorium.

Tahap Perkembangan Karsinoma Sel Skuamosa

Terdapat beberapa tahapan yang menentukan tingkat keparahan karsinoma sel skuamosa. Penjelasan secara detailnya adalah sebagai berikut:
  • Stadium 0 – Tumor berukuran sangat kecil dan belum menyebar.
  • Stadium 1 - Tumor berukuran 2 cm atau kurang dan belum menyebar.
  • Stadium 2 – Tumor berukuran lebih dari 2 cm atau lebih dari 5 cm dan belum menyebar.
  • Stadium 3 – Tumor sudah menembus ke lapisan di bawah kulit dan belum ataupun sudah menyebar ke salah satu nodus limfa yang berdekatan.
  • Stadium 4 – Tumor sudah menyebar ke beberapa noda limfa dan organ-organ yang berjauhan.

Metode Pengobatan Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa yang terdeteksi lebih dini akan meningkatkan kemungkinan sembuh pasien. Pengobatan yang dianjurkan oleh dokter biasanya ditentukan berdasarkan ukuran tumor dan tingkat penyebarannya. Beberapa langkah penanganan yang bisa menjadi pilihan pasien meliputi:
  • Pengangkatan kanker melalui operasi kecil maupun prosedur kuret.
  • Cryosurgery, yaitu prosedur membekukan sel-sel kanker dengan nitrogen cair.
  • Terapi dengan sinar laser untuk menghancurkan sel-sel kanker.
  • Kemoterapi melalui obat oles.
  • Radioterapi. Prosedur ini biasanya dipilih ketika kanker berada pada lokasi yang sulit dijangkau atau pasien tidak bisa menjalani operasi.
  • Photodynamic therapy (PDT). Pada prosedur ini, sel-sel kanker akan dihancurkan melalui penggunaan sinar khusus.
  • Operasi Mohs, yaitu pengangkatan kanker selapis demi selapis yang kemudian diteliti di bawah mikroskop.
  • Pengangkatan noda limfa jika kanker sudah menyebar.

Langkah Pencegahan Karsinoma Sel Skuamosa

Karena penyebab keabnormalan pada sel kanker belum diketahui, kanker kulit (termasuk karsinoma sel skuamosa) tidak bisa dicegah. Meski demikian, kita bisa menghindari faktor-faktor risikonya dengan langkah sederhana yang meliputi:
  • Kurangi paparan sinar matahari. Misalnya, tidak keluar rumah pada siang hari (terutama pada pukul 11 siang hingga 3 sore).
  • Gunakan tabir surya sehari-hari. Tabir surya yang disarankan untuk digunakan adalah yang mengandung setidaknya SPF 15 dan pelindung dari sinar ultraviolet A. Anak-anak serta orang berkulit terang disarankan menggunakan tabir surya dengan SPF 30.
  • Kenakan pakaian tertutup, termasuk topi jika bepergian.
  • Hindari prosedur penggelapan kuli

Otitis Eksterna

Pengertian Otitis Eksterna

Otitis eksterna merupakan peradangan saluran telinga bagian luar (lubang telinga luar sampai gendang telinga) dengan gejala utama berupa bengkak, kemerahan, nyeri, dan seperti ada tekanan dari dalam telinga.
Selain gejala-gejala tersebut, otitis eksterna juga bisa menyebabkan telinga terasa gatal, berair, kulit di sekitar saluran tampak bersisik dan kadang disertai pengelupasan, pendengaran berkurang akibat stenosis atau pembentukan kulit tebal dan kering di dalam saluran telinga, munculnya tekstur menyerupai jerawat apabila infeksi mengenai folikel rambut di dalam telinga, serta nyeri yang disertai pembengkakan pada tenggorokan.
Apabila Anda menderita otitis eksterna yang disertai munculnya “jerawat” pada saluran telinga, jangan memencetnya karena dikhawatirkan bisa membuat infeksi menyebar.
otitis externa - alodokter
Otitis eksterna biasanya menyerang salah satu telinga saja. Kondisi yang diperkirakan diderita oleh 10 persen populasi manusia di bumi ini biasa dialami oleh golongan orang dewasa pada kisaran usia 45-75 tahun dengan jumlah penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan jangka waktu dirasakannya gejala, otitis eksterna dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Pada kasus otitis eksterna kronis, gejala bisa berlangsung selama beberapa bulan atau bahkan tahunan, namun rasa sakit atau ketidaknyamanan di dalam telinga yang dirasakan biasanya lebih ringan dibandingkan otitis eksterna akut.

Penyebab Otitis Eksterna

Otitis eksterna biasanya disebabkan oleh bakteri. Jamur dan virus juga dapat menyebabkan penyakit ini. Pada umumnya bakteri atau jamur ini menginfeksi bagian kulit lembut dari saluran telinga luar yang telah teriritasi oleh air. Karena itulah penyakit otitis eksterna sering disebut sebagai penyakit “telinga perenang”.Selain karena air, saluran telinga luar juga bisa teriritasi oleh atau karena:
  • Remah-remah yang berasal dari luar (misalnya pasir).
  • Terlalu sering membersihkan telinga.
  • Efek samping penggunaan alat bantu dengar.
  • Komplikasi dari penyakit telinga lainnya (misalnya eksim saluran telinga).
Ada sejumlah faktor yang dapat membuat risiko Anda terkena otitis eksterna menjadi lebih tinggi, di antaranya:
  • Apabila Anda sering berenang, terutama pada air yang tidak rutin dibersihkan (seperti danau).
  • Apabila Anda tinggal di wilayah beriklim lembap dan hangat.
  • Apabila saluran telinga luar Anda ditumbuhi oleh banyak rambut.
  • Apabila Anda memiliki saluran telinga dengan ukuran yang jauh lebih kecil dibandingkan ukuran normal.
  • Apabila Anda menderita infeksi telinga.
  • Apabila produksi kotoran telinga Anda sedikit atau tidak ada sama sekali.
  • Apabila Anda sudah pernah terkena otitis eksterna.

Diagnosis Otitis Eksterna

Dalam mendiagnosis otitis eksterna, dokter biasanya akan menggunakan alat bantu yang disebut sebagai otoskop untuk memeriksa bagian dalam telinga. Pemeriksaan ini tentu saja dilakukan setelah sebelumnya dokter menanyakan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien dan besarnya risiko terkena otitis eksterna (misalnya seberapa sering telinga pasien terpapar air, apakah pasien menggunakan alat bantu dengar, atau seberapa sering pasien menggunakan perangkat elektronik yang dikenakan pada telinga secara langsung).Guna memberikan obat yang tepat, dokter perlu mengetahui jenis infeksi apa yang menyebabkan otitis eksterna, misalnya apakah karena bakteri atau jamur. Untuk mengetahui hal ini, dokter biasanya akan melakukan tes biopsi atau bisa dengan menyeka bagian yang terinfeksi untuk selanjutnya diteliti di laboratorium.

Pengobatan Otitis Eksterna

Pada umumnya, pasien otitis eksterna akan diresepkan obat tetes telinga dengan kandungan yang telah disesuaikan pada penyebabnya. Misalnya jika infeksi disebabkan oleh jamur, maka dokter akan memberikan obat tetes yang mengandung antijamur. Begitu pula sebaliknya, jika otitis eksterna disebabkan oleh bakteri, maka obat dengan kandungan antibiotik akan diberikan kepada pasien. Untuk meredakan inflamasi, biasanya dokter akan memberikan obat tetes telinga yang mengandung steroid.Agar penyerapan obat di dalam saluran telinga dapat berfungsi maksimal, maka dokter juga akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan tidak adanya sumbatan akibat gumpalan kotoran, pengelupasan kulit, dan sebagainya. Jika memang ada penyumbatan, maka dokter akan membersihkannya.
Sangat penting untuk selalu menaati petunjuk penggunaan dan takaran dosis obat tetes telinga, baik dari dokter atau dari informasi yang tertera pada kemasan obat agar pengobatan menjadi efektif dan Anda terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.
Pada kasus otitis eksterna yang disertai rasa sakit, dokter juga akan menyertakan obat pereda nyeri sesuai dengan tingkat keparahan rasa sakit tersebut. Contoh obat-obat pereda nyeri, di antararanya:
  • Ibuprofen
  • Acetaminophen (Parasetamol)
  • Naproxen
Agar penyembuhan dapat berjalan lebih cepat, disarankan untuk melindungi telinga Anda agar tidak kemasukan air selama melakukan pengobatan otitis eksterna, misalnya dengan menyumbat telinga ketika mandi dan menghindari berenang atau menyelam. Selain itu, hindari memakai alat bantu dengar atau perangkat elektronik lainnya yang dipasang di telinga sebelum rasa sakit reda dan jangan melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang sampai kondisi otitis eksterna dinyatakan sembuh oleh dokter.Gejala otitis eksterna biasanya akan mereda setelah beberapa hari menjalani pengobatan. Namun pada sebagian kasus, gejala baru akan mereda setelah beberapa bulan atau lebih lama. Jika otitis eksterna tidak bisa ditangani dengan obat tetes telinga, dokter dapat menggantinya dengan antibiotik secara oral.

Komplikasi Otitis Eksterna

Komplikasi biasanya lebih berisiko terjadi pada penderita otitis eksterna kronis, meskipun sebenarnya hal tersebut juga dianggap langka. Beberapa komplikasi yang berkaitan dengan penyakit otitis eksterna adalah:
  • Penyempitan saluran telinga yang dapat menyebabkan pendengaran menjadi terganggu akibat tumpukan kulit kering.
  • Abses telinga dengan gejala telinga terasa nyeri dan bernanah.
  • Radang gendang telinga dengan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman di dalam telinga, telinga mengeluarkan nanah, berdengung, dan pendengaran hilang secara sementara. Bahkan penumpukan nanah di dalam telinga dapat berisiko menyebabkan perforasi atau robeknya gendang telinga.
  • Otitis eksterna ganas yang dapat menyebabkan sakit telinga dan sakit kepala yang tidak tertahankan, kelumpuhan saraf wajah, bahkan kematian. Otitis eksterna ganas terjadi ketika infeksi telah menyebar hingga ke tulang-tulang yang mengelilingi saluran telinga akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita otitis eksterna.
  • Selulitis atau infeksi kulit dengan gejala area di sekitar telinga menjadi merah, panas, nyeri, dan teraba lunak. Selain itu dapat terjadi badan panas dingin, gemetar, dan mual. Kondisi ini terjadi ketika bakteri masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam melalui luka akibat kondisi otitis eksterna.

Pencegahan Otitis Eksterna

Otitis eksterna bisa dicegah dengan menerapkan langkah mudah berikut ini di rumah, di antaranya:
  • Jaga telinga tetap bersih dan kering.
  • Hindari terjadinya luka di dalam telinga Anda, misalnya dengan berhati-hati ketika membersihkan telinga dengan cotton buds.
  • Cegah diri dari terkena infeksi telinga dan segera obati apabila Anda mengalaminya.

usus buntu

Pengertian Penyakit Usus Buntu Penyakit usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan apendiks atau usus buntu.  Sedangkan usus bunt...