Kamis, 21 Juli 2016

Posisi Indonesia ketika Tiongkok dan Filiphina memanas di LCS

Konflik kepentingan di Laut Cina Selatan antara Cina dan Filipina semakin memanas, terutama setelah Pengadilan Tetap Arbitrase yang berpusat di Den Haag, Belanda, pada 12 Juli 2016. Pengadilan memutuskan bahwa klaim sejarah Beijing atas perairan tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Cina langsung menolak keputusan yang diajukan Filipina sejak 2013 dan menegaskan akan menjaga kedaulatannya dengan cara apapun. Beberapa hari berselang, Cina lantas memberikan pernyataan akan segera membangun pertahanan udara di wilayah perairan strategis di mana lebih dari US$ 5 triliun nilai perdagangan bergerak setiap tahunnya.
Selain itu, pada Senin, 18 Juli 2016, pemerintah Cina mengatakan akan menutup Laut Cina Selatan untuk mengadakan latihan militer dan simulasi nyata keadaan perang. Komandan Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA), Wu Shengli mengatakan bahwa mereka tetap akan melanjutkan pembangunan di Laut Cina Selatan dan mengklaim tindakan itu sah dan legal.
Pergesekan tidak hanya terjadi di kalangan pejabat tinggi kedua negara, namun menjangkit ke kalangan rakyatnya. Warga Cina mengkampanyekan pemboikotan produk Filipina dan Amerika Serikat yang dianggap berada di belakangnya. Begitupun masyarakat Filipina.
Kondisi pun semakin memanas, Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay, pada Selasa kemarin menolak proposal mitranya dari Cina untuk memulai pembicaraan bilateral tentang sengketa di Laut Cina Selatan. Buntutnya, Menteri Luar Negeri Cina mengatakan bisa terjadi konfrontasi jika tidak ada negosiasi.
Ketegangan antar dua negara tersebut diperparah dengan keterlibatan Amerika Serikat. Amerika dilaporkan telah mengirim dua kapal induknya mendekati area yang disengketakan. AS dan Filipina selama ini sering mengadakan latihan militer bersama. Filipina juga mendapatkan sumbangan beberapa armada militer dari Amerika.
Sementara itu, Indonesia juga kini tengah waspada karena disebut memiliki dampak dari perseteruan tersebut. Beberapa waktu lalu Indonesia sempat bersitegang dengan Cina terkait wilayah Natuna. Cina mengklaim Natuna sebagai bagian dari wilayahnya dengan berdasarkan pada tradisi nelayannya menangkap ikan di wilayah tersebut.
Beberapa kapal nelayan Cina pun telah ditahan yang kemudian mengundang kemarahan pengambil kebijakan Cina. Setelah mendapat protes dari Cina, presiden Joko Widodo menggelar rapat tertutp dengan sejumlah lembaga negara untuk membahas kemanan di Natuna.
Jokowi kemudian meminta agar pengembangan ekonomi di wilayah Kepulauan Natuna dan sekitarnya dipercepat. Langkah itu merupakan salah satu bagian dari penegasan bahwa Indonesia akan menegakkan kedaulatan di Natuna.





TNI Kirim Yonif 300/Raider, Buru Sisa Kelompok Santoso

Bandung – Meski teroris paling dicari di Indonesia, Santoso telah ditembak mati tim gabungan Operasi Tinombala, perburuan terhadap anggota Santoso terus dilakukan.
Jajaran TNI menambah pasukan dengan mengirimkan personil Yonif 300/Raider Kodam III/Siliwangi demi memburu 19 anggota kelompok Santoso yang tersisa.
“Yonif 300/Raider Kodam III/ Siliwangi mendapat kehormatan untuk bergabung dengan Satgas Tinombala II,” ujar Kapendam III/Siliwangi, Letkol Arh Mokhamad D Ariyanto, di Markas Kodam III/Siliwangi, Bandung, Jawa Barat, (20/7/2016).
Yonif 300/Raider merupakan pasukan elit Infantri TNI Angkatan Darat yang sedang sedang bersiap dengan melakukan latihan pratugas yang bertempat di Pusdikif Cipatat selama 21 hari. Latihan tersebut dimulai dari 18 Juli sampai 8 Agustus 2016.
“Prajurit dilatih ketrampilan dengan tiga tahapan: latihan teknis, taktis dan dril tempur seperti navigasi darat, patroli, menembak taktis, dan berbagai ketrampilan lainnya,” ujar Letkol Ariyanto
Letkol Ariyanto mengatakan, 600 personil Yonif/300 Raider mendapatkan pengarahan langsung dari Kasad Jenderal TNI Mulyono.
Mereka diminta menumpas sekelompok gerombolan yang selalu mengganggu stabilitas keamanan dari gangguan teroris di wilayah Indonesia. Kasad Jenderal TNI Mulyono meminta kepada prajurit terpilih harus bangga dan bisa membuktikan diri bisa menjalankan tugas dengan baik.
Kasad juga membekali ilmu kepada prajurit dengan mendatangkan personil yang sudah berpengalaman dan mengenal daerah rawan atau medan yang sangat sulit dilalui, agar prajurit memahami dan menguasai tugas operasi.

Minggu, 15 Mei 2016

Ketika Jiran Mulai Terpana

Belanja militer Indonesia tahun 2016-2019 terus dipacu untuk memenuhi kriteria kekuatan pukul yang mampu diandalkan. Contohnya TNI AU dalam 4 tahun ke depan mendapat asupan dana US$ 3,1 milyar untuk belanja alutsista. Bulan Maret mendatang sudah kontrak pembelian 10 unit jet tempur Sukhoi SU35 lengkap dengan persenjataannya. Tidak hanya itu, TNI AU juga sedang mendatangkan 5 unit Hercules, 4 pesawat bom air  Beriev Be200, 6 helikopter Caracal, 4 Radar, termasuk melengkapi 15 unit jet tempur T50 dengan radar dan rudal, juga 11 pesawat KT1 Wong Bee. Tumben Wong Bee juga dikasih rudal.
Angkatan Laut ikut mempercepat laju modernisasinya. Setelah meluncurkan 1 kapal perusak kawal rudal PKR 10514 di Surabaya Januari lalu, proyeksi empat tahun ke depan TNI AL akan mendapatkan minimal 6 kapal fregat baru, 5 kapal selam baru, 4 kapal cepat rudal (KCR) 60 m, 54 tank amfibi BMP3F, 11 Helikopter anti kapal selam, berbagai jenis peluru kendali anti kapal, meriam artileri, roket dan peluru kendali pertahanan udara pangkalan.
Apache dan Ahmad Yani Class, luar biasa
Yang menarik, wilayah perairan luas Indonesia saat ini sudah ada pembagian tugas dimana BAKAMLA ditugaskan menjaga kemanan laut khususnya dari motif ekonomi seperti pencurian ikan dan penyelundupan. TNI AL khusus menjaga teritori kedaulatan negara dari ancaman militer asing.  Kapal-kapal BAKAMLA yang berukuran besar dipersiapkan juga menjadi armada cadangan TNI AL manakala terjadi perang. Kapal-kapal BAKAMLA yang berukuran 80 meter dan 110 meter dipersiapkan dengan landasan peluru kendali anti kapal.
BAKAMLA saat ini punya 20 kapal dan dalam empat tahun ke depan akan menjadi 50 kapal dari berbagai ukuran.  Sementara TNI AL yang saat ini punya 170 KRI akan dipertahankan dalam jumlah yang sama dengan melakukan pergantian armada yang sudah uzur dengan KRI berwajah fregat modern. Termasuk juga armada pendukung dan pangkalan AL.  Jumlah KRI sebanyak itu akan didistribusikan kedalam tiga armada, barat, tengah dan timur.
Sementara itu Angkatan Darat juga mengembangkan postur tempurnya terutama kemampuan daya pukulnya. Sambil menunggu kedatangan 8 heli Apache juga bersiap mendapatkan 8 heli Chinook, persenjataan artileri berat, 60 panser Badak dan Anoa. Juga penambahan batalyon kavaleri, artileri dan infantri di berbagai Kodam. Termasuk pembentukan Kodam Merdeka di Sulawesi dan Kodam Papua Barat.
Indonesia tidak akan terbendung lagi soal modernisasi kekuatan militernya. Ini sejalan dengan pertumbuhan GDP yang juga tidak tertandingi di kawasan ini.  Anggaran berbasis PDB yang mulai diterapkan tahun depan akan memastikan bahwa dalam 3 tahun ke depan anggaran militer Indonesia akan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Sebagai contoh jika dipakai formula 2% dari PDB maka kita anggaran pertahanan kita menjadi nomor satu di rantau ASEAN.
Fregat terbaru, KRI Martadinata 331
Malaysia yang selama puluhan tahun komunitas forum militernya selalu melecehkan postur militer Indonesia, sudah mulai terpana dan terbangun dari mimpi kebanggaan keperkasaan militernya. Forum itu yang mayoritas pengisinya justru hanya dari satu puak “pemilik” semenanjung, selama ini selalu meremehkan kekuatan militer kita.  Namun saat ini kondisi ekonomi negerinya yang tersendat mengharuskan belanja militernya dipuasakan untuk beberapa tahun. 
Selama 4 tahun ini tidak ada belanja militer yang mengejutkan dari negeri jiran itu selain perbaikan alutsista, upgrade dan penambahan suku cadang.  Bahkan dua kapal selamnya pun ikut di rawat inap selama 18 bulan karena berbagai alasan teknis. Nah selama periode itu pula mereka mendengar dan menyaksikan gempitanya modernisasi militer tetangga sebelahnya yang bernama Indonesia, sebuah nama yang selalu diidentikkannya dengan TKI sehingga kesan melecehkan terbawa sampai bathin mereka.
Tiada hari tanpa ada kabar bagus tentang alutsista, baik berupa kedatangan alutsista baru maupun pesanan untuk kedepannya. Akhir Februari ini akan datang 4 pesawat Super Tucano, awal Maret kedatangan 5 jet tempur F16 Blok 52 Id, bulan-bulan berikutnya KCR, Radar, Hercules, Panser Badak, Helikopter Caracal, Tank Amfibi, Tank Leopard, Nexter, Astross, ATGM, UAV dan lain-lain akan beruntun datang memenuhi kesatrian militer negeri ini. Belum lagi adanya pesanan baru. Tahun ini dan tahun-tahun berikutnya adalah tahun-tahun yang paling meriah melihat kedatangan berbagai jenis alutsista canggih di negeri ini.
Malaysia dalam banyak hal memang selalu meremehkan kita, karena kacamata mereka hanya wajah TKI itu. Tetapi ketika kita mulai serius memodernisasi militer kita selama lima tahun terakhir ini, mereka khususnya forum milternya mulai bercermin diri dan mulai tahu diri. Apalagi saat ini Indonesia sedang membangun pangkalan militer di Natuna, mereka semakin gelisah. Karena meski pangkalan ini untuk membentengi ancaman dari utara Laut Cina Selatan tapi juga sekaligus bisa sebagai pangkalan penggempur Sabah, Sarawak dan memotong jalur logistik militer Malaysia ke Kalimantan jika pecah konflik Ambalat.
Makna dari semua pertumbuhan dan pemekaran militer Indonesia karena indikator potensi hebat yang dimiliki Indonesia memang tak tertandingi.  Itu sebabnya mengapa lembaga pemeringkat militer Global Fire Power menempatkan Indonesia sebagai kekuatan miilter terkuat no 12 di dunia, nomor wahid di ASEAN dan mengungguli Australia.  Indikatornya jelas, jumlah SDM raksasa, SDA melimpah, wilayah luas, alutsistanya bertambah modern.
Jadi ke depan kita akan menjadi kekuatan militer yang akan diperhitungkan di regional ini. Kalau hanya sekelas Malaysia atau hanya imbangi Singapura hanyalah sasaran antara. Jangka waktu sepuluh tahun ke depan kita harus menjadi yang terbaik dalam keunggulan teknologi alutsista berikut kuantitasnya. Optimisme itu menjadi ruang kesejukan manakala pertumbuhan ekonomi kesejahteraan dan PDB kita semakin membaik. Biarkan tetangga terpana sekaligus membalikkan opini bahwa wajah kita bukan TKI karena 4 tahun ke depan cerita tentang TKI sudah game over alias tidak ada lagi.  Dan kita tiba-tiba saja sudah jauh meninggalkan jiran yang selama ini merasa dialah yang paling jaguh

Air Tak Lagi Beriak Meski Terdengar Suara Kilo

Air Tak Lagi Beriak Meski Terdengar Suara Kilo

Mungkin karena sudah terlalu sering mendengar dan ikut mendiskusikan rencana pengadaan kapal selam Kilo dan bolak balik kena timpuk dan terbanting akhirnya forum militer tempat berkumpul komunitas pengamat dan ilmuwan sekaligus salesman alutsista di Kaskus sudah immun mendengar segala sesuatu yang terkait Kilo. Barusan ada berita tentang pembangunan pangkalan kapal selam Teluk Palu yang didesain untuk bisa menampung kapal selam Kilo. Termasuk kunjungan Menhan ke Rusia awal bulan depan untuk tanda tangan kontrak 10 Sukhoi SU35 dan bersiap negosiasi Kilo.  Berita itu ditanggapi dingin oleh komunitas Formil Kaskus.
Beberapa pemerhati pertahanan yang juga ada di komunitas itu tidak lagi menguliti, dan meneliti anatomi kehebatan Kilo.  Mau dibeli silakan, tidak juga rakpopo. Ini semua bisa terjadi karena lebih dari dua belas tahun saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, rencana dan keinginan untuk mendapatkan kapal selam maut buatan Rusia itu seperti judul sebuah sinetron: Tersanjung Satu lalu Tersandung Satu. Jilid dua juga begitu Tersanjung Dua tak lama kemudian Tersandung Dua dan seterusnya sampai gerhana matahari total tanggal 9 Maret 2016 entah sudah tersandung yang keberapa gitu.
Fregat Ahmad Yani Class bersama Apache
Ketika muncul kembali cuaca cerah sehabis “gerhana Kilo” dengan anggaran militer yang semakin kinclong, muncul lagi berita seperti yang dari Teluk Palu itu dan rencana kunjungan Menhan Ke Rusia bulan depan.  Suasana berbeda terjadi tiga tahun lalu ketika Menhan waktu itu Purnomo Yusgiantoro dengan berapi-api mengabarkan kepada rakyat bahwa Indonesia akan membangun armada kapal selam Kilo dan seterusnya dan seterusnya.
Maka sambutan riuh rendah dikumandangkan oleh pengamat militer, pemerhati pertahanan, Komisi I DPR dan komunitas Formil, bersemangat dan berapi-api menyambut rencana beli alutsista pemukul strategis bawah laut itu.  Semua media memberitakan dan sambutan hangat diperlihatkan tentu dengan dukungan yang kuat agar makhluk yang bernama “Lontong” Kilo itu bisa segera kita miliki.  Tetapi kenyataannya kemudian pernyataan Menhan itu dibanting dan terbanting sendiri karena memang tidak pernah ada tindak lanjutnya.  Dan itu bukan yang pertama, tahun-tahun sebelum itu, tahun 2003, kemudian tahun 2008 juga bergema suara pengumuman itu tetapi pada akhirnya hanya sebuah fatamorgana, tetap tidak menjadi kenyataan.
Makanya sekarang ini ketika ada lagi berita “rencana mulu” mau mengakuisisi kapal selam Kilo, tanggapan dari pemerhati militer dan komunitas militer tidak lagi se antusias dulu.  Boleh jadi karena gondoknya belum move on atau wait and see sajalah.  Capek ngomong, barangnya gak datang-datang, padahal pihak penjual Rusia yang baik hati sudah menyediakan format utang dulu gak papa alias kredit state ratusan juta dollar agar dua Kilo bisa diangkut ke Surabaya.
Meski begitu kita tetap meyakini bahwa kapal selam yang digadang-gadang sebagai herder perairan tanah air itu pada saatnya akan tiba, atau pada saatnya barangnya akan dimunculkan ke permukaan. Anggaran militer Indonesia diyakini akan melonjak tajam mulai tahun 2017 karena formula yang mulai digunakan adalah berbasis PDB ( Produk Domestik Bruto). Dengan formula itu meski pertumbuhan ekonomi belum mencapai 7%, anggaran tahunan yang diperoleh untuk sektor pertahanan diprediksi berkisar 150-180 trilyun rupiah. 
Bung Tomo Class, gahar
Presiden pernah berjanji jika pertumbuhan ekonomi mencapai 7% maka anggaran militer bisa mencapai 2% dari PDB. Maka jika tahun 2017 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6% sd 6,5% setidaknya asumsi anggaran pertahanan bisa mencapai 1,5%, itu artinya angkanya dikisaran 150-180 trilyun.  Dengan anggaran yang semakin membagus itu tentu rencana strategis membeli alutsista gahar bisa dilaksanakan termasuk rencana pengadaan Kilo.
Tetapi lebih penting dari itu adalah lanjutan serial transfer teknologi pembuatan 3 kapal selam Changbogo jangan sampai menjadi sinetron “Changbogo Tersandung” karena keinginan segelintir orang yang bermental salesman dan makelar.  Proyek Changbogo harus tetap berlanjut dan berjilid sampai kita benar-benar bisa membuat kapal selam sendiri mulai dari kapal selam ketiga.  Jadikanlah proyek Changbogo sebagai proyek tersanjung yang bersama proyek jet tempur IFX akan menjadi bangsa ini bisa disanjung bangsa lain dengan teknologi dan industri pertahanannya yang maju dan modern.
Saat ini air tak lagi beriak meski terdengar suara Kilo, bisa jadi karena ingin memberi angin pada pihak yang mau beli agar tidak plin plan, maju mundur akhirnya maju kena mundur kena, padahal jalannya searah.  Sudah ada proyek Changbogo, teruskan saja.  Kilo diperlukan untuk mengisi kuantitas yang belum tercukupi.  Kita memerlukan setidaknya 12 kapal selam sampai tahun 2022.  Padahal sampai tahun 2019 dengan kedatangan 3 kapal selam Changbogo kita baru punya lima unit saja termasuk si Cakra Class yang sudah uzur.  Maka kekurangan jumlah itu bisa diisi dengan proyek Kilo setidaknya mendatangkan 2-4 kapal selam Kilo disamping produksi Changbogo minimal 1 tahun 1 unit bisa tercapai. 
Kita bisa ngomong ini karena anggaran pertahanan kita diyakini mampu membeli Kilo sembari meneruskan produksi Changbogo. Namanya juga keinginan pasti kalau diambil jajak pendapat banyak yang sama pendapatnya untuk menjadikan armada kapal selam kita herder dan gahar. Tinggal bagaimana alokasi anggarannya dipilah-pilah.  Makanya ketika ada berita mau beli Kilo lagi kita wait and see saja.  Kali ini berdoa saja mudah-mudahan terkabul sehingga motto Hiu Kencana “tabah sampai akhir” bisa ditambah dengan kalimat berikutnya “tabah sampai terkabul”.
 sumber :http://analisisalutsista.blogspot.co.id/search?updated-max=2016-03-20T06:39:00%2B07:00&max-results=3

Kamis, 05 Mei 2016

kapal selam baru


Setelah menunggu selama 35 tahun Angkatan Laut Indonesia mendapatkan 1 unit kapal selam baru yang canggih, dengan diluncurkannya KRI 403 Nagabanda di galangan kapal Daewoo Korsel tanggal 19 Maret 2016. Kapal selam Changbogo Class ini merupakan satu dari tiga yang dipesan Indonesia dengan model transfer teknologi. Itulah sebabnya PT PAL saat ini sedang sibuk membuat galangan kapal selam di Surabaya sebagai tempat pembuatan kapal selam ketiga mulai Desember nanti. Meski sudah diluncurkan tetapi masih harus uji laut (sea trial) termasuk uji persenjataannya. Rencana tiba di Indonesia Desember 2016.

Indonesia terus memperkuat kemampuan pukul militernya, termasuk armada kapal selam. Disamping pengadaan Changbogo Indonesia juga akan membeli 2-4 kapal selam Kilo dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan 10-12 kapal selam sampai tahun 2022.  Analoginya begini : Changbogo ketiga selesai 2018, kemudian setiap tahun produksi 1 kapal selam Changbogo di PT PAL. Maka sampai tahun 2022 produksi Changbogo baru 7-8 unit. Sementara Cakra Class yang uzur itu dipensiun 2020. Nah untuk mencukupi jumlah armada kapal selam dibutuhkan Kilo sebagai pendamping Changbogo.
sumber
analisisalutsista.blogspot.co.id Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KN
analisisalutsista.blogspot.co.id Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
analisisalutsista.blogspot.co.id Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Mengelola Empat Titik Panas


Dinamika perjalanan bernegara di setiap negara mengharuskan masing-masing negara memiliki kekuatan militer sebagai pengelola otot kedaulatan negara.  Demikian juga dengan negeri kepulauan khatulistiwa ini.  Dinamika yang terjadi dalam hitungan minggu saja mengharuskan militer Indonesia mengelola empat titik panas( hot spot) sekaligus dalam sebuah “musim tak terduga”.  Empat titik panas itu adalah Poso, Natuna, Tarakan dan Ambalat.
Insiden dengan kapal penjaga pantai Cina di perairan Natuna belum lama ini membuat Jakarta mengepalkan tinju lalu mengirimkan 5 jet tempur F16, 6 KRI, perangkat radar mobile, pasukan infantri, marinir dan paskhas ke Natuna. Dalam waktu yang bersamaan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) yang terdiri dari pasukan Kostrad, Marinir dikirim ke Tarakan bersama belasan KRI, puluhan tank amfibi dan jet tempur Sukhoi.  Ini juga bagian dari kemarahan republik atas penyanderaan warga kita oleh gerilyawan Abu Sayyaf meski format resminya adalah untuk latihan gabungan obyek vital.
Kita butuh kapal selam minimal 12 unit
Sementara itu untuk hot spot yang lain, Poso sudah digelar operasi gabungan tentara dan polisi untuk “mateni” Santoso. Sedikitnya ada 1 brigade tentara dan 1 brigade polisi mengepung ketat teroris bersama pengikut setianya.  Demikian juga Ambalat selalu disiagakan 5-7 KRI untuk berpatroli termasuk melakukan manuver interoperability dengan matra lain, sebuah simulasi untuk pertempuran laut yang sesungguhnya.
Pada saat mengelola empat titik panas ini, dibagian lain bumi Indonesia ada hajat besar dan bergengsi berupa latihan gabungan angkatan laut bersama negara-negara sahabat.  Kita mengerahkan 15-17 KRI berbagai jenis ke pantai barat Sumatera, tepatnya Padang dan sekitarnya untuk melaksanakan latihan kerjasama Multilateral Exercise Komodo 2016 tanggal 12-16 April dengan 35 negara lain.
Dalam manajemen militer tentu suasana ini memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi karena mengelola empat hot spot tentu memerlukan energi ekstra dan stamina kuat.  Pada akhirnya tumpuan utama dari kesiap siagaan itu adalah ketersediaan alutsista yang mencukupi dan berkualitas.  Bisa dibayangkan bagaimana mendistribusikan perangkat alutsista untuk empat titik panas dan satu event internasional dimana kita jadi tuan rumah.
Sukhoi di Tarakan, pengawalan kontinu
Belajar dari musim tak terduga ini (tapi kita ini bolak balik belajar tapi gak paham juga) seyogyanya perencanaan kebutuhan alutsista benar-benar diupayakan sehebat mungkin.  Tidak lagi dibenturkan dengan ketersediaan anggaran tetapi kebutuhan altusista itu mutlak harus diadakan.  Memang perkuatan dan belanja alutsista saat ini sudah menuju ke arah getar tetapi diperlukan percepatan pesan, percepatan kedatangan dan percepatan operasional.  Sebagai contoh lihat saja proses pengadaan 24 jet tempur F16 up grade, sudah lebih 4 tahun yang datang baru sepertiganya.
Kita butuh 12 kapal selam bermutu, dari lima belas tahun yang lalu selalu diperdengarkan lagu itu.  Tapi nyatanya sampai hari ini baru ada 2 kapal selam tua.  Agak terhibur juga karena sebentar lagi mau datang 3 kapal selam baru dari Korea Selatan. Tetapi ketika kita dapat tambahan 3 kapal selam baru, Singapura sudah punya 6 biji, Vietnam sudah punya 5 biji baru semua.  Apalagi kalau bicara Cina, jelas gak nendang.
Belum lagi kapal perang permukaan laut, baru sampai ke tingkat fregat ringan.  Padahal untuk mengawal perairan laut yang luas ini kita butuh kapal perang kelas destroyer. Belum lagi melihat kekuatan udara yang belum sepadan dengan ruang tugas yang harus diemban.  Kalau hanya punya 1 skuadron Sukhoi hanya bagus untuk dipamerkan tapi belum mampu membentengi kedaulatan udara republik tercinta ini.
Rasanya kok jadi gak sabar ya melihat kritisnya mengelola empat hot spot dengan kekuatan alutsista yang ada.  Ayo buat dong langkah out of the box, over the horizon, duduk bersama bersepakat Pemerintah, DPR lalu keluarkan doktrin baru atau dekrit baru sehubungan dengan ini, sehubungan dengan itu dan seterusnya. Lalu belanja alutsista sehebat mungkin.
Changbogo bisa dibuatkan paralel di Surabaya dan Korsel.  Atau pesan 2-4 Kilo sebagai alutsista penguat. Sukhoi SU35 juga ditambah tidak hanya 10 biji tapi dua skuadron kebutuhannya.  Kapal perang permukaan jenis korvet, fregat dan destroyer segera ditambah secepat mungkin.
Alutsista kita masih kalah cerdas dan kalah banyak jika ingin dipersandingkan dengan ruang wilayah yang sangat luas ini, apalagi jika ingin mencapai cita-cita poros maritim.  Kekuatan poros maritim ada di angkatan laut dan angkatan udara, maka dua matra ini menjadi fokus utama dan penting untuk dibenahi, dimodernisasi, digaharkan dan dibanggakan.
Kita hanya ingin mengingatkan ketika tahun-tahun awal reformasi, TNI mengawal 3 hot spot yang banyak menghabiskan energi yaitu konflik horizontal Maluku, konflik bersenjata Timor Timur dan Aceh. Ketika TNI kita sedang disibukkan dengan tugas berat itu, tetangga sebelah berulah dan mengambil Sipadan Ligitan.
Jangan dikira Natuna itu tidak terancam meski berulang kali dikatakan kemenlu Cina bahwa dia tidak keberatan Natuna milik Indonesia.  Omongan diplomatik itu sesuai musimnya, kalau musim panas dia bilang “ini itu” tetapi jika musim hujan dia bilang “itu ini”.  Namanya juga diplomasi tentu sesuai kepentingan nasionalnya.  Nah jalan satu-satunya adalah perkuat otot kedaulatan, perkuat militer sekuatnya. Dengan militer yang kuat dan bersemangat sangat diniscayakan omongan diplomasi kita akan diperhatikan.

Jagarin Pane / 02 April 2016
 sumber :analisisalutsista.blogspot.co.id

Menyongsong Rencana Besar itu


Sepanjang dua pekan ini ada beberapa berita yang mengejutkan sekaligus juga membuat kita heran. Berita yang mengejutkan itu adalah hendak menjadikan Natuna sebagai pangkalan militer segala matra, kemudian menjadikan Morotai sebagai basis militer berskala besar. Tak kalah menarik juga menjadikan Tanjung Pinang sebagai pangkalan skuadron. Disela-sela berita rencana besar itu kita juga dibuat heran karena ternyata insiden Natuna dengan kapal Cina baru-baru ini sudah dianggap selesai alias diselesaikan secara “adat”.
Bak gayung bersambut neh karena tak lama kemudian ada pernyataan Menko Polhukam Luhut Panjaitan yang memberi sinyal bahwa anggaran militer Indonesia yang memakai formula PDB (Produk Domestik Bruto) akan sampai di angka nominal 250 trilyun per tahun mulai 3 tahun ke depan. Artinya bila angka itu tercapai ada kenaikan yang sangat tajam lebih dari 100%. Angka ini juga mampu menggeser kepemimpinan anggaran pertahanan di ASEAN yang selama ini dipegang Singapura.
F16 di Halim AFB, kita perlu banyak jet tempur ini
Sesungguhnya saat ini kita sedang berpacu dengan cuaca kawasan yang semakin tak menentu, sulit diprediksi.  Pepatahnya dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari, pakai petir lagi. Ini mengkiaskan cuaca Natuna yang dikira tak bergelora gelombangnya “sampai petang nanti” ternyata diguyur insiden gelombang panas tak terduga  yang mencederai kehormatan teritori NKRI.
Jakarta kaget, marah lalu bersikap tahu diri.  Kaget karena segitu-gitunya Cina merangsek perairan Natuna tanpa merasa malu, padahal dalam hal kerjasama ekonomi sedang mesra-mesranya. Marah, karena harga diri teritori diusik di siang bolong, dan jadi berita internasional. Lalu akhirnya tahu diri dengan segala pertimbangan diplomatik, ekonomi dan militer, tak lama kemudian case closed. Penonton kecewa.
Itulah cuaca kita hari ini. Tetapi dalam bahasa militer insiden itu menjadi mata pelajaran penting bahwa hanya dengan memperkuat otot militer maka kewibawaan teritori bisa ditegakkan. Tidak bisa tidak. Maka memperkuat Natuna tidak bisa lagi dengan program jalan santai, jalan biasa tetapi harus dikebut menjadi jalan cepat atau berlari secepatnya.  Infrastruktur militer harus dikerjakan dengan percepatan dan intensitas tinggi.
Sementara itu kita belum melihat percepatan di bidang penyediaan alat pukul yang dikenal dengan alutsista itu.  Mestinya tidak menjadi bertele-tele soal penandatanganan kontrak pembelian jet tempur penggentar Sukhoi SU35 atau jadwal kedatangan F16 blok 52 Id yang terkesan disepelekan produsen. Kita membutuhkan segera armada F16 itu untuk kegiatan patroli udara saat ini. Bahkan kita masih butuh  F16 seri terbaru untuk mengawal kadaulatan teritori negeri ini.  Kita juga butuh jet tempur Sukhou SU35 tidak hanya delapan tetapi delapanbelas.
Kapal selam terbaru kita diluncurkan di Korsel
Infrastruktur militer kita sudah cukup memadai.  Lihat saja pangkalan udara strategis Medan, Tarakan, Biak, Kupang semua siap menampung jet tempur berbagai jenis tetapi harus diakui kuantitas jet tempur itu masih sangat kurang. Setidaknya kita butuh 3 skuadron F16 dan 2 skuadron Sukhoi untuk persebaran patroli dalam 3 tahun ke depan.  Itu hanya untuk patroli, kalau untuk disegani dan menghadapi kondisi darurat perlu dua kali lipatnya.
Oleh sebab itu rencana besar terhadap Natuna dan Morotai tentu kita sambut dengan semangat spartan. Tetapi tentu tidak hanya itu kan.  Kupang dan Biak juga prioritas untuk menjaga wilayah timur yang di selatannya banyak pergerakan pesawat tempur Australia dan AS. Lebih baik fokus dulu pada Natuna, Biak dan Kupang.  Cukupi kebutuhan jet tempur berkualitas di wilayah ini.
Angkatan Laut Indonesia menjadi garda terdepan untuk menjalankan misi ketahanan teritori.  Maka dengan anggaran yang mulai membesar tahun depan dan seterusnya kita meyakini akan ada pertambahan kapal perang permukaan dan kapal perang bawah air.  Pertambahan itu sangat relevan jika mengambil kelas destroyer atau fregat.  Maka proyek PKR 10514 sangat bagus dilanjutkan sampai mencapai bilangan nominal 20 unit.  Demikian juga dengan penambahan kapal selam, sangat dimungkinkan kita menambah kapal selam selain kelas Changbogo.
Rencana besar tentu harus ditopang dengan anggaran besar.  Angka 250 T yang dicapai mulai tahun 2019 memberikan harapan indah, harapan bangga, harapan jaya, dan harapan hebat. Tetapi bagi prajurit harapan-harapan tadi tentu akan menjadi harapan palsu jika kesejahteraan prajuritnya tidak ikut meningkat. Maka harapan kita peningkatan anggaran yang melonjak tajam itu ikut juga mendongkrak take home pay kesejahteraan prajurit yang telah dibaiat kontrak mati untuk NKRI.
Kita meyakini mulai tahun 2020 nanti akan kelihatan postur kehebatan militer kita.  Memang tidaklah mungkin bisa mengimbangi Cina tetapi setidaknya kita mampu membentak dan menyengat dia jika berani masuk Natuna.  Sebab kalau untuk perang terbuka resiko terburuknya bisa memicu perang keroyokan alias perang dunia III padahal di sisi lain kemajuan ekonomi, kesejahteraan dan teknologi ke depan sudah sangat luar biasa.  Apakah itu mau dihancurkan, pasti pihak sana berfikir dua kali untuk itu.  Tetapi kalau untuk menggertak, Cina paling suka itu.  Maka supaya kita tidak kalah gertak ya persiapkan natuna sehebat mungkin.
Menguatkan Natuna dan Morotai adalah bagian dari menguatkan beton teritori. Kita harus selalu waspada menghadapi gangguan cuaca ekstrim yang selalu mengancam. Maka cobalah ramuan penting untuk tolak angin dan tolak demam teritori dengan cara ini : taburkan belasan jet tempur, sebarkan puluhan kapal perang, luncurkan satu dua butir kapal selam.  Lalu perhatikan apa yang akan terjadi. Kalau masih juga demam berkepanjangan maka hubungi dokter secepatnya.  Dokter itu bisa bernama Jepang, AS dan Australia.
sumber : http://analisisalutsista.blogspot.co.id/

usus buntu

Pengertian Penyakit Usus Buntu Penyakit usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan apendiks atau usus buntu.  Sedangkan usus bunt...