Stroke adalah suatu kejadian rusaknya sebagian dari
otak. Terjadi jika pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke otak tersumbat, atau jika robek atau bocor.
Stroke, atau
cerebrovascular accident (
CVA), adalah hilangnya fungsi-fungsi otak dengan cepat, karena gangguan suplai darah ke otak. Hal ini dapat terjadi karena
iskemia (berkurangnya aliran darah) dikarenakan oleh penyumbatan (
thrombosis,
arterial embolism), atau adanya
haemorrhage (pendarahan).
[1]
Stroke iskemik yang biasanya disebabkan oleh diabetes menjadi mayoritas
pada penderita stroke dan bisa mencapai 85 persen, sedangkan stroke
pendarahan hanya 15 persen, tetapi stroke pendarahan dapat menyebabkan
kematian pada 40 persen pasiennya. Yang perlu diperhatikan juga adalah
stroke iskemik ringan yang gejalanya mirip stroke, tetapi akan hilang
dengan sendirinya dalam 24 jam (
transient ischemic attacks
(TIA)). Hal ini terjadi karena penyumbatan pembuluh darah hanya terjadi
sementara. Tetapi bagaimanapun, jika hal ini terjadi, maka kemungkinan
terjadinya stroke berikutnya yang lebih berat dapat terjadi. Di
Indonesia, stroke terjadi pada 12 dari 1.000 orang dan satu dari 7
pasien yang mengalami stroke akan meninggal.
[2]
Karenanya, daerah yang terkena stroke tidak dapat berfungsi seperti seharusnya. Gejala-gejalanya termasuk:
hemiplegia (ketidakmampuan untuk menggerakkan satu atau lebih anggota badan dari salah satu sisi badan,
aphasia (ketidakmampuan untuk mengerti atau berbicara), atau tidak mampu untuk melihat salah satu sisi dari luas pandang (
visual field).
[3]
Stroke memerlukan tindakan darurat medis (
medical emergency)
pada masa emasnya (golden period) yang maksimum hanya berlangsung
beberapa jam saja setelah terjadinya stroke. Hal ini diperlukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan tetap atau kerusakan yang lebih parah. Dan
jika tidak ditangani, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Stroke adalah
penyebab ketiga terbesar kematian dan yang yang pertama dalam
menyebabkan kecacatan pada dewasa di Amerika Serikat dan Eropa.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya stroke adalah:
usia,
tekanan darah tinggi, stroke sebelumnya,
diabetes,
kolesterol tinggi,
merokok,
atrial fibrillation,
migraine dengan aura, dan
thrombophilia (cenderung
thrombosis).
Dari semua faktor-faktor tersebut yang paling mudah dikendalikan adalah
tekanan darah tinggi dan merokok. 80 persen stroke dapat dihindari
dengan pengelolaan faktor-faktor resiko.
Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu
stroke iskemik maupun
stroke hemorragik. Sebuah prognosis hasil sebuah penelitian di
Korea menyatakan bahwa,
[4] 75,2% stroke iskemik diderita oleh kaum pria dengan prevalensi berupa
hipertensi,
kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Berdasarkan sistem TOAST,
komposisi terbagi menjadi 20,8% LAAS, 17,4% LAC, 18,1% CEI, 16,8% UDE
dan 26,8% ODE.
Deteksi secepatnya dalam masa 'Golden Period' beberapa jam setelah
serangan stroke sangat berarti bagi kesehatan pasien pasca stroke.
Stroke iskemik, karena penyumbatan harus diberikan obat pengencer darah
untuk melancarkan sumbatan dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah
serangan stroke, sedangkan stroke hemorragik dimana terjadi pendarahan
harus segera dilakukan pembedahan untuk membersihkan darah dari otak.
Jika terlambat penangannya, maka pasien akan menderita pasca stroke yang
lebih berat.
[5]
Stroke hemorragik
Dalam stroke
hemorragik,
pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan
darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan
dapat terjadi di seluruh bagian otak seperti
caudate putamen;
talamus;
hipokampus; frontal, parietal, dan
occipital cortex;
hipotalamus; area suprakiasmatik;
cerebellum;
pons; dan
midbrain.
[6] Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik menyerang penderita hipertensi.
[7]
Stroke hemorragik terbagi menjadi subtipe
intracerebral hemorrhage (ICH),
subarachnoid hemorrhage (SAH),
[8] cerebral venous thrombosis, dan
spinal cord stroke.
[9] ICH lebih lanjut terbagi menjadi
parenchymal hemorrhage,
hemorrhagic infarction, dan
punctate hemorrhage.
[6]
Stroke iskemik
Dalam stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah
arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua
arteria karotis interna dan dua
arteri vertebralis.
Arteri carotis interna merupakan cabang dari arteri carotis communis
sedangkan arteri vertebralis merupakan cabang dari arteri subclavia.
Sistem klasifikasi etiologis
Beberapa sistem klasifikasi yang didasarkan pada pertimbangan
etiologi telah diterapkan kepada stroke iskemik.
[10]
Beberapa sistem tersebut gagal mengikuti perkembangan zaman dan tidak
lagi dipergunakan, beberapa sistem yang lain masih dapat diterima oleh
sebagian masyarakat dan dipergunakan dalam lingkup yang terbatas.
Berikut adalah sistem klasifikasi yang paling mutakhir dan paling banyak
digunakan.
Sistem TOAST
Sistem TOAST (
bahasa Inggris:
Trial of ORG 10172 in Acute Stroke Treatment)
pertama kali dikembangkan kepada terapi stroke iskemik akut pada awal
tahun 1990. Sistem ini didasarkan pada sebagian besar fitur klinis namun
tetap mempertimbangkan informasi diagnostik dari CT, MRI,
transthoracic echocardiography,
extracranial carotid ultrasonography, dan jika memungkinkan,
cerebral angiography.
Sistem TOAST membagi stroke menjadi 5 subtipe yaitu,
[11][12] large artery atherosclerosis (LAAS),
cardiaoembolic infarct (CEI),
small artery occlusion/
lacunar infarct (LAC),
stroke of another determined cause/origin (ODE), dan
stroke of an undetermined cause/origin (UDE).
Sistem CCS
Klasifikasi sistem CCS (
bahasa Inggris:
Causative Classification of Stroke System) mirip dengan sistem TOAST dengan perbedaan dalam subtipe
large artery atherosclerosis dibedakan menjadi
occlusive dan
stenotic. Sebagai contoh, penurunan diameter ≥ 50%, atau penurunan diameter <50% disertai
plaque ulceration atau
trombosis. Dan subtipe
undetermined cause dibedakan lebih lanjut menjadi
unknown,
incomplete evaluation,
unclassified stroke (more than one etiology), dan
cryptogenic embolism.
Sistem ASCO
ASCO merupakan
akronim dari
atherothrombosis, small vessel disease, cardiac causes, and other uncommon causes. Sistem ASCO merupakan klasifikasi berdasarkan sistem
fenotipe. Tiap fenotipe masih terbagi menjadi jenjang 0, 1, 2, 3 atau 9. Jenjang 0 berarti
disease is completely absent, 1 berarti
definitely a potential cause of the index stroke, 2 untuk
causality uncertain dan 3 untuk
unlikely a direct cause of the index stroke (but disease is present), 9 bagi
grading is not possible due to insufficient work-up.
[13]
Dalam sistem ini, penderita dapat dikategorikan menjadi lebih dari satu subtipe etiologis, misalnya, penderita dengan
ateroma karotid yang menyebabkan
stenosis 50% dan
fibrilasi atrial dengan
aterosklerosis dan
emboli kardiak, atau dijabarkan menjadi seperti A1-S9-C0-O3.
Sistem UCSD Stroke DataBank
Sistem UCSD mengklasifikan stroke iskemik menjadi
large-vessel stenotic,
large-vessel occlusive,
Small-vessel stenotic,
small-vessel occlusive,
embolic dan
unknown cause. Sedangkan klasifikasi stroke hemorragik terbagi menjadi subtipe yang sama yaitu tipe
intracerebral dan
subarachnoid.
Sistem HCSR
Sistem HCSR (
bahasa Inggris:
Harvard Cooperative Stroke Registry) membuat klasifikasi menjadi subtipe stroke yang disertai
trombosis di
arteri atau dengan
infark lakunar,
cerebral embolism,
intracerebral hematoma, subarachnoid hemorrhage
dari malformasi aneurysm
atau arteriovenous
.[14]
Sistem NINCDS Stroke Data Bank
Dalam
Stroke Data Bank of the National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke memklasifikasi menjadi subtipe
diagnostik berdasarkan riwayat klinis penderita, pemeriksaan, test laborat meliputi
tomografi,
noninvasive vascular imaging, dan saat memungkinkan dan relevan,
angiografi. Dari diagnosa tersebut subtipe
infarcts of undetermined cause (IUC) dapat diklasifikasi ulang menjadi subtipe
embolisme idiopatik,
stenosis atau
trombosis di
pembuluh nadi,
infark lakunar,
infarksi superfisial dan
sindrom nonlakunar.
[15]
Sistem lain
Beberapa ahli lain mempertimbangan klasifikasi berdasarkan
fenotipe seperti keberadaan
internal carotid artery plaque,
intima-media thickness,
leukoaraiosis,
cerebral microbleeds (CMB), atau
multiple lacunae.
[9]
CMB adalah deposit
hemosiderin intraserebral yang terdapat di ruang
pervaskular.
[16] Ekspresi CMB sangat tinggi di
infark lakunar dan
infark aterotrombotik, dan berekspresi rendah di infarksi kardioembolik. CMB dan
leukoaraiosis sangat berkaitan erat. Hasil
prognosis menunjukkan bahwa CMB ditemukan dalam 47-80% kasus
primary intracerebral haemorrhage dan 0-78% dalam kasus
ischaemic cerebrovascular disease.
[17]
Patofisiologi
Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang sebagian besar didasarkan pada serangkaian penelitian,
[18] terhadap berbagai proses yang saling terkait, meliputi kegagalan
energi, hilangnya
homeostasis ion sel,
asidosis, peningkatan kadar
Ca2+ sitosolik,
eksitotoksisitas,
toksisitas dengan
radikal bebas, produksi
asam arakidonat,
sitotoksisitas dengan
sitokina, aktivasi
sistem komplemen, disrupsi
sawar darah otak, aktivasi
sel glial dan
infiltrasi leukosit.
[19]
Pusat area
otak besar yang terpapar
iskemia akan mengalami penurunan aliran darah yang dramatis, menjadi cedera dan memicu
jenjang reaksi seperti
lintasan eksitotoksisitas yang berujung kepada
nekrosis yang menjadi pusat area
infark dikelilingi oleh
penumbra/zona peri-infarksi. Menurut
morfologi, nekrosis merupakan
bengkak selular akibat disrupsi
inti sel,
organel,
membran plasma, dan
disintegrasi struktur inti dan
sitoskeleton.
Di area penumbra, apoptosis neural akan berusaha dihambat oleh kedua mekanisme eksitotoksik dan peradangan,
[20] oleh karena sel otak yang masih normal akan menginduksi
sistem kekebalan turunan untuk meningkatkan toleransi jaringan otak terhadap kondisi iskemia, agar tetap dapat melakukan aktivitas
metabolisme. Protein khas CNS seperti
pancortin-2 akan berinteraksi dengan protein modulator
aktin,
Wiskott-Aldrich syndrome protein verprolin homologous-1 (WAVE-1) dan Bcl-xL akan membentuk kompleks protein mitokondrial untuk proses penghambatan tersebut.
Riset terkini menunjukkan bahwa banyak
neuron di area penumbra dapat mengalami apoptosis setelah beberapa
jam/
hari sebagai bagian dari proses pemulihan jaringan pasca stroke dengan 2 lintasan, yaitu lintasan ekstrinsik dan lintasan intrinsik.
Iskemia tidak hanya mempengaruhi jaringan
parenkima otak, namun berdampak pula kepada
sistem ekstrakranial. Oleh karena itu, stroke akan menginduksi imunosupresi yang dramatis melalui aktivasi berlebih
sistem saraf simpatetik, sehingga memungkinkan terjadinya
infeksi bakterial seperti
pneumonia.
Eksitotoksisitas asam glutamat
Asam glutamat merupakan
asam amino neurotransmiter eksitatorial utama di
otak, akan menumpuk di ruang ekstraselular dan mengaktivasi pencerapnya.
[19] Aktivasi pencerap glutamat akan mempengaruhi konsentrasi ion intraselular, terutama ion
Na+ dan
Ca2+. Peningkatan influx ion Na
+
dapat membuat sel menjadi cedera pada awal mula terjadinya iskemia,
namun riset menunjukkan bahwa sebagian besar kerusakan sel yang
ditimbulkan oleh toksisitas asam glutamat saat terjadi
iskemia lebih disebabkan oleh peningkatan berlebih influx ion
kalsium intraselular yang kemudian menimbulkan efek toksik.
Stres oksidatif
Sepanjang proses stroke, terjadi peningkatan
radikal bebas seperti
anion superoksida, radikal
hidroksil dan
NO. Sumber utama senyawa radikal bebas turunan
oksigen yang biasa disebut
spesi oksigen reaktif dalam proses iskemia adalah
mitokondria. Sedangkan produksi senyawa superoksida saat pasca iskemia adalah metabolisme
asam arakidonat melalui
lintasan siklo-oksigenase dan
lipo-oksigenase. Radikal bebas juga dapat diproduksi oleh
sel mikroglia yang teraktivasi dan
leukosit melalui sistem
NADPH oksidase segera setelah terjadi
reperfusi di jaringan iskemik.
Oksidasi tersebut akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut di jaringan dan merupakan
molekul yang penting untuk memicu
apoptosis setelah stroke iskemik.
NO umumnya dihasilkan dari L-
arginina dengan salah satu
isoform NO sintase, dan merupakan
kluster diferensiasi neuron di seluruh bagian otak dengan sebutan nNOS. Aktivasi nNOS memerlukan
kalsium/
kalmodulin. Di sisi lain, ekspresi iNOS (
bahasa Inggris:
inducible NOS) terdapat di
sel radang seperti
sel mikroglia dan
monosit. Kedua isoform nNOS dan iNOS memiliki peran yang merusak otak pada rentang waktu iskemia. Namun isoform yang ketiga eNOS (
bahasa Inggris:
endothelial NOS) memiliki efek
vasodilasi dan tidak bersifat merusak.
Aktivasi pencerap NMDA saat iskemia akan menstimulasi produksi NO oleh nNOS. NO yang terbentuk akan
masuk ke dalam
sitoplasma dan bereaksi dengan
superoksida dan menghasilkan sejenis spesi oksigen yang sangat reaktif yaitu
peroksinitrita (ONOO-).
Pasca iskemia, kedua jenis spesi oksigen reaktif dan spesi nitrogen
reaktif kemudian berperan untuk mengaktivasi beberapa lintasan
metabolisme seperti
radang,
apoptosis, dan penurunan pasokan
oksigen yang berdampak kepada peningkatan
asam laktat melalui
glikolisis anaerobik atau
asidosis. Selain itu, akan tampak
ekspresi gen iNOS di sel vaskular maupun sel yang mengalami peradangan dan ekspresi gen
COX-2 di
sel saraf di area antara infark dan penumbra. Kedua
gen radang ini akan meningkatkan kerusakan iskemik.
[21]
Peroksidasi lipid
Selain menghasilkan berbagai
senyawa ROS,
lintasan asidosis juga turut serta dalam proses
sintesis protein intraselular. Peroksidasi lipid di
membran sel yang menginduksi apoptosis terhadap neuron, akan menghasilkan senyawa
aldehida yang disebut 4-
hidroksinonenal (4-HNE) yang akan bereaksi dengan
transporter membran seperti Na
+/K
+ ATPase,
transporter glutamat dan
transporter glukosa.
Kerusakan di transporter membran, yang menyebabkan
influx berlebih ion
Ca2+ dan radikal bebas, lebih lanjut akan mengaktivasi
faktor transkripsi neuroprotektif seperti
NF-κB,
HIF-1 dan
IRF-1. Aktivasi faktor transkripsi ini akan menginduksi produksi
sitokina radang seperti
IL-1,
IL-6,
TNF-α,
kemokina seperti
IL-8,
MCP-1,
molekul adhesi sel seperti
selektin,
ICAM-1,
VCAM-1 dan
gen pro-radang lainnya seperti
IIP-10.
Disfungsi sawar darah otak
Sawar darah otak yang merupakan jaringan endotelium di otak akan merespon kondisi cedera akibat stroke dengan meningkatkan
permeabilitas dan menurunkan fungsi sawarnya, bersamaan dengan degradasi
lamina basal di dinding pembuluhnya. Oleh sebab itu, pada kondisi
akut,
stroke akan meningkatkan interaksi antara sel endotelial otak dengan
sel ekstravaskular seperti astrosit, mikroglia, neuron, dengan sel
intravaskular seperti
keping darah,
leukosit; dan memberikan kontribusi lebih lanjut pada proses peradangan, disamping perubahan sirkulasi kadar
ICAM-1,
trombomodulin,
faktor jaringan dan
tissue factor pathway inhibitor.
[22] Disfungsi endotelial yang menyebabkan defisiensi sawar darah otak,
impaired cerebral autoregulation dan perubahan
protrombotik dipercaya merupakan penyebab
cerebral small vessel disease (SVD). Penderita (SVD) dapat mengalami
infark lakunar, atau dengan disertai
leukoaraiosis.
Dari 594 penderita stroke, leukoaraiosis ditemukan dalam 55,4%
cerebral large vessel disease (LVD) atau ateroskeloris, 30,3% dalam SVD dan 14,3% dalam
cardioembolic disease.
Dalam pronosis LVD, leukoaraiosis memiliki kecenderungan ke arah grup
stenosis intrakranial dengan 40,3% untuk grup intrakranial, 26,9% untuk
grup ekstrakranial dan 45,5% untuk grup kombinasi keduanya. Tidak
ditemukan korelasi antara leukoaraiosis dengan
diabetes mellitus,
hiperlipidemia,
merokok,
hipertensi dan
penyakit jantung.
[23]
Infiltrasi leukosit
Di jaringan otak terdapat beberapa populasi
sel dengan kapasitas untuk mensekresi
sitokina setelah terjadi stimulasi iskemia, yaitu sel endotelial,
astrosit,
sel mikroglia dan
neuron.
Peran respon peradangan pasca iskemia dilakukan oleh sel mikroglia,
terutama di area penumbra dengan sekresi sitokina pro-radang,
metabolit dan
enzim toksik. Selain itu, sel mikroglia dan astrosit juga mensekresi faktor neuroprotektif seperti
eritropoietin,
TGFβ1, dan
metalotionein-2.
Terdapat banyak bukti yang menunjukkan peran
leukosit terhadap
patogenesis cedera akibat stroke seperti cedera di jaringan akibat
reperfusi dan disfungsi mikrovaskular. Bukti-bukti tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian pokok yaitu,
- terjadi akumulasi leukosit pasca iskemia hingga terjadi cedera jaringan
- simtoma iskemia direspon dengan peningkatan neutrofil.[24] Dalam percobaan dengan tikus, rendahnya populasi neutrofil dalam sirkulasi darah menunjukkan volume infark yang lebih kecil.
- pencegahan adhesi sel antara leukosit dengan sel endotelial pada sawar darah otak, dengan antibodi monoklonal terbukti dapat memberikan perlindungan terhadap cedera akibat stroke.
Akumulasi
sel T terjadi pasca iskemia,
[24] dan diperkirakan merupakan penyebab terjadinya reperfusi.
Sel T CD8 dapat menginduksi cedera otak dengan
molekul dari granula sitotoksik.
Sel TH1 CD4+ dengan
sekresi sitokina pro-
radang termasuk
IL-2,
IL-12,
IFN-γ dan
TNF-α dapat memperburuk efek yang ditimbulkan stroke, sedangkan
Sel TH2 CD4+ dengan sitokina anti-radang seperti
IL-4,
IL-5,
IL-10 dan
IL-13 lebih mempunyai peran protektif.
Pendarahan
Pada percobaan terhadap hewan
kelinci, setidaknya
sitokina TNF-α atau
antibodinya berperan atas terjadinya
pendarahan setelah terjadi stroke iskemik yang diinduksi oleh
klot.
[25] Dalam hal ini terjadi peningkatan prognosis terjadinya pendarahan dari 18,5% menjadi 53,3% dan peningkatan
volume pendarahan hingga 87%. Disamping itu, penggunaan
tissue plasminogen activator (tPA) dengan
dosis
standar 3,3 mg/kg akan meningkatkan kemungkinan pendarahan dari 18,5%
menjadi 76,5%, efek tPA ini dapat diredam dengan penggunaan antibodi
anti-TNFα. Pemberian
EPO setelah 6 jam serangan stroke akan memperburuk pendarahan yang diinduksi tPA dengan mediasi
MMP-9,
NF-κB dan
interleukin-1 receptor-associated kinase-1 (IRAK-1).
[26]
Pada hewan
tikus, TNF-α akan menginduksi ekspresi
MMP-9 yang menurunkan kadar protein dalam sawar darah otak seperti
okludin,
[27] dan meningkatkan
permeabilitas pada
pembuluh kapiler otak.
[28] MMP-9 kemudian memodulasi,
[29] Gelatinase A untuk membuka
sawar darah otak. Pendarahan yang terjadi kemudian direspon tubuh dengan memproduksi
urokinase-type plasminogen activator (uPA). Ekspresi MMP-9 juga dapat diinduksi oleh
lipopolisakarida.
[29]
Faktor risiko
Hipertensi
Hipertensi akan merangsang pembentukan
plak aterosklerotik di pembuluh arteri dan arteriol dalam
otak, serta menginduksi
lintasan lipohialinosis di pembuluh ganglia basal, hingga menyebabkankan
infark lakunar atau
pendarahan otak.
[31]
Fibrilasi atrial
Fibrilasi atrial merupakan indikasi terjadinya
kardioembolisme, sedangkan kardioembolisme merupakan 20% penyebab stok iskemik.
[32]
Kardioembolisme terjadi akibat kurangnya kontraksi otot jantung di
bilik kiri, disebut stasis, yang terjadi oleh penumpukan konsentrasi
fibrinogen, D-dimer dan
faktor von Willebrand.
[33]
Hal ini merupakan indikasi status protrombotik dengan infark
miokardial, yang pada gilirannya, akan melepaskan trombus yang
terbentuk, dengan konsekuensi peningkatan risiko embolisasi di otak.
Sekitar 2,5% penderita infark miokardial akut akan mengalami stroke
dalam kurun waktu 2 hingga 4 minggu, 8% pria dan 11% wanita akan
mengalami stroke iskemik dalam waktu 6 tahun, oleh karena disfungsi dan
aneurysm bilik kiri jantung.
Aterosklerosis
Penelitian mengenai lintasan
aterogenesis yang memicu
aterosklerosis selama ini terfokus kepada pembuluh nadi koroner, namun proses serupa juga terjadi di otak dan menyebabkan stroke iskemik.
[34] Aterosklerosis dapat menyerang
pembuluh nadi otak seperti
pembuluh karotid,
pembuluh nadi di otak tengah, dan
pembuluh basilar, atau kepada
pembuluh arteriol otak seperti pembuluh
lenticulostriate,
basilar penetrating, dan
medullary.
Beberapa riset menunjukkan bahwa mekanisme aterosklerosis yang
menyerang pembuluh nadi dapat sedikit berbeda dengan mekanisme kepada
pembuluh arteriol.
Aterosklerosis intrakranial dianggap sebagai kondisi yang sangat jarang terjadi. Hasil otopsi
infark otak
dari 339 penderita stroke yang meninggal akibat aterosklerosis
intrakranial, ditemukan 62,2% plak intrakranial dan 43,2% stenosis
intrakranial.
[35] Hasil
otopsi oleh
National Cardiovascular Center,
Osaka,
Jepang terhadap 142 penderita stroke yang meninggal dalam waktu 30 hari sejak terhitung sejak terjadi serangan
iskemia, menunjukkan bahwa kedua jenis trombus yang kaya akan
keping darah dan yang kaya akan
fibrin berkembang di
culprit plaque di dalam pembuluh nadi otak merupakan faktor utama penyebab stroke aterotrombotik.
[36] 70% kasus stroke kardioembolik menunjukkan keberadaan trombus sebagai sumber potensial terbentuknya
emboli di
jantung atau
pembuluh balik terhadap penderita
patent foramen ovale dan
tetralogy of Fallot. Umumnya trombus yang kaya akan
keping darah yang mengendap di pembuluh balik jantung, akan terlepas dan membentuk emboli di pembuluh nadi otak.
Diabetes mellitus
Berdasarkan studi hasil
otopsi, penderita
diabetes mellitus rentan terhadap
infark lakunar dan
cerebral small vessel disease. Studi
epidemiologi
menunjukkan bahwa diabetes merupakan faktor risiko bagi stroke iskemik.
Patogenesis stroke yang dipicu tampaknya dimulai dari reasi berlebih
glikasi dan
oksidasi, disfungsi endotelial, peningkatan agregasi
keping darah, defisiensi
fibrinolisis dan resistansi
insulin.
[37] Dalam
hewan tikus, stroke iskemik yang terjadi dalam diabetes mellitus akan memicu stroke hemorragik yang disertai dengan peningkatan
enzim MMP-9 di otak yang memperburuk kondisi
leukoaraiosis.
[38]
Transient Ischemic Attack (TIA)
Transient ischemic attack (TIA), disebut juga
acute cerebrovascular syndrome (ACVS),
[39] adalah salah satu
faktor risiko dari stroke iskemik.
[40]
TIA dapat dijabarkan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang biasanya terjadi akibat gangguan vaskular,
[41] berupa
simtoma iskemia di
otak atau
retina yang berlangsung kurang dari 24
jam, atau kurang dari 1 jam,
[42] tanpa meninggalkan bekas berupa
infark serebral
[43] akut.
[44]
Dari sudut pandang lain, oleh karena stroke merupakan defisiensi
neurologis akibat perubahan aliran darah di jaringan otak, maka TIA
dapat dikatakan sebagai indikasi atau
simtoma yang ditimbulkan dari perubahan aliran darah otak yang tidak dapat dideteksi secara klinis dalam waktu 24 jam.
[45]
TIA tidak selalu menjadi indikasi akan terjadinya stroke di kemudian
hari, dan jarang sekali dikaitkan dengan stroke hemorragik primer. Dalam
populasi manusia yang telah beranjak tua, TIA diinduksi oleh
terhalangnya aliran darah di pembuluh darah besar terutama akibat
aterotrombosis, namun dalam penderita yang berusia di bawah 45 tahun TIA umumnya disebabkan oleh robeknya
pembuluh darah (
bahasa Inggris:
arterial dissection),
migrain dan
obat-obatan sympathomimetic. TIA juga dapat disebabkan oleh :
Namun beberapa kondisi lain dapat menimbulkan gejala yang sangat serupa dengan TIA, seperti
focal seizure activity,
migraine (?"spreading depression"),
compressive mononeuropathies (carpal tunnel syndrome. ulnar elbow compression and so forth),
sindrom Adams-Stokes,
tumor otak dengan gejala neurologik transien,
hematoma subdural,
Demyelinating disease,
hipoglisemia,
hiperglisemia,
primary ocular disease-glaucoma,
vitreal hemorrhage.
floaters and the like,
functional disorders-conversion hysteria,
malingering,
hiperventilasi.
Cardiac papillary fibroelastoma (CPF)
Dari 725 kasus CPF, 55% merupakan penderita pria dengan lokasi tumor, umumnya, ditemukan di permukaan
valvular, terutama di
katup trikuspidalis aortik, selain
katup mitralis. Tumor juga ditemukan di permukaan non-valvular, seperti di
bilik kiri. Ukuran
tumor bervariasi dari 2 mm hingga 70 mm.
[46]
Manifestasi klinis CPF meliputi stroke, infark miokardial, emboli paru, gagal jantung
congestive dan
serangan jantung mendadak.
[47] Meskipun demikian, tidak semua penderita menunjukkan simtoma demikian.
Cryptogenic cerebral infarction (CCI)
CCI paling banyak ditemukan dalam penderita
patent foramen ovale baik yang disertai maupun tidak disertai
septal aneurysm.
[48][49] Sejak tahun 1989, CCI merupakan penyebab 40% kasus stroke iskemik. 4,9% pria dan 2,4% wanita mengalami
mutasi genetik galaktosidase-alfa yang merupakan indikasi
penyakit Fabry, sedangkan studi lain menunjukkan keterkaitan dengan
trombofilia.
[50] Lintasan patogenesis CCI diperkirakan meliputi aterosklerosis di pembuluh nadi otak, baik yang bersifat
intrakranial seperti
moderate middle cerebral artery stenosis,
ekstrakranial seperti
vertebral artery origin stenosis atau
proksimal seperti
thick plaques in the aortic arch yang selama ini dianggap tidak berkaitan dengan patogenesis stroke.
[51]
Patent foramen ovale (PFO)
Sindrom platipnea-ortodeoksia merupakan kondisi yang jarang terjadi dengan simtoma berupa
dispnea dan
desaturasi arterial. PFO merupakan salah satu bentuk sindrom platipnea-ortodeoksia dengan peningkatan
ortostatik di area defisiensi atrial septal.
[52] Hasil diagnosa PFO yang sering ditemukan pada CCI dan
migrain, juga diperkirakan sebagai penyebab
emboli pada penderita
tromboembolisme arterial.
Diagnosis
Diagnosis stroke adalah secara klinis beserta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
CT scan kepala,
MRI. Untuk menilai kesadaran penderita stroke dapat digunakan
Skala Koma Glasgow. Untuk membedakan jenis stroke dapat digunakan berbagai sistem skor, seperti
Skor Stroke Siriraj,
Algoritma Stroke Gajah Mada, atau
Algoritma Junaedi.
Simtoma klinis
Fitur stroke iskemik yang sangat umum, menurut
Uniformed Services University of the Health Sciences,
masih berdasar kepada banyaknya hasil diagnosis pemeriksaan fisik
terhadap penderita yang dirangkum dalam satu kurun waktu. USUHS
merangkumnya menjadi tabel
berikut agar dapat digunakan masyarakat awam untuk mengenali gejala klinis stroke sedini mungkin. Dan bagi tenaga medis profesional,
The National Institute of Health telah membuat tabel
skala strok sebagai panduan guna melakukan diagnosis dalam waktu kurang dari sekitar 5 hingga 10 menit.
Simtoma paraklinis
Beberapa senyawa biokimiawi di dalam
serum darah yang dapat dijadikan dasar diagnosis dan prognosis terjadinya nekrosis otak antara lain:
[53]
S100-β
S100-β adalah
peptida yang disekresi
astrosit pada saat terjadi cedera otak, proses neurodegenerasi dan kelainan psikiatrik. S100-β merupakan senyawa pengikat
kalsium, secara
in vitro,
pada kadar rendah, interaksi dengan sistem kekebalan di otak akan
meningkatkan kelangsungan hidup bagi neuron yang sedang berkembang,
namun, pada kadar yang lebih tinggi, S100-β akan menstimulasi produksi
sitokina pro-peradangan dan apoptosis.
Studi terhadap hewan menunjukkan efek neuroprotektif S100-β dengan
teraktivasinya proses selular di neuron yang menahan eksitotoksisitas
yang diinduksi NMDA. Peningkatan serum S100-β selalu terjadi pada stroke
iskemik, dan terjadi pula pada kondisi yang lain seperti
traumatic brain injury (TBI),
Alzheimer dan
schizophrenia.
Saat terjadi stroke iskemik, konsentrasi serum S100-β mencapai titik
maksimum pada hari ke-2 hingga 4. Nilai konsentrasi maksimum S100-β
berkaitan dengan skala stroke NIH, ukuran dan patofisiologi infark,
sehingga semakin tinggi nilai maksimum S100-β, semakin tinggi pula
risiko terjadinya transformasi hemorragik. Peningkatan S100-β juga
ditemukan dalam stroke hemorragik primer, yang menunjukkan
volume hematoma awal.
Peningkatan kadar S100-β tidak harus terjadi dengan cepat, dan masih banyak sel selain astrosit dan
sel Schwann
yang menhasilkan S100-β, sehingga penggunaan nilai serum S100-β sebagai
salah satu dasar diagnosis stroke masih cukup rentan. Namun beberapa
studi telah menunjukkan bahwa serum S100-β lebih terkait dengan kondisi
integritas
sawar darah otak.
Glial fibrillary-associated protein (GFAP)
GFAP merupakan
monomeric intermediate filament protein yang terdapat di astrosit dan
sel ependimal otak yang berfungsi sebagai bagian
sitoskeleton.
Kadar serum S100-β dan GFAP akan meningkat tajam pada hari 1-2 sesuai
dengan ukuran infark, dan kembali normal sekitar 3 minggu kemudian.
Serum GFAP merupakan indikator yang lebih peka daripada S100-β pada
stroke minor maupun guratan kecil, namun waktu tunda peningkatan serum
ini membuat aplikasi diagnostiknya menjadi terbatas.
Myelin basic protein (MBP)
MBP adalah
protein hidrofilik penting bagi struktur
selubung mielin. Kadar MBP dalam
CSF sering digunakan sebagai indikasi aktivitas
patogen dalam
sklerosis multipel.
Stroke juga disertai dengan peningkatan kadar MBP dalam CSF sekitar 1
minggu setelah terjadinya serangan, dan kembali normal setelah minggu
ketiga.
Fatty acid-binding proteins (FABPs)
FABP adalah kelompok molekul intraselular yang berperan dalam
menyangga dan sebagai transportasi asam lemak berantai panjang, yang
akan segera di
sekresi ke dalam sirkulasi darah sesaat setelah terjadi kerusakan
sel.
Di tubuh manusia terdapat 9 jenis FABP yang tersebar dalam
masing-masing jenis jaringan yang berbeda. Empat jenis FABP terdapat di
sistem saraf, dua diantaranya hanya ditemukan di
sistem saraf pusat orang dewasa, yaitu
brain-type (B-FABP) di
glia dan
heart-type (H-FABP) di neuron.
Ditemukannya H-FABP dalam berbagai jenis jaringan merupakan
tanda-tanda infak miokardial akut. B-FABP berada dalam jaringan di dalam
sistem saraf pusat dan tidak dapat dideteksi dalam serum darah manusia
sehat. Serum H-FABP dan B-FABP akan tajam dalam 2-3 jam sejak terjadi
serangan stroke. B-FABP merupakan indikasi yang sangat peka terhadap
infark lakunar dan infark subkortikal, namun tidak menunjukkan tingkat
kerusakan yang terjadi di neuron, dan bukan merupakan indikasi spesifik
terjadinya stroke. Sebaliknya peningkatan H-FABP berbanding lurus dengan
ukuran infark dan tingkat kerusakan saraf.
Neuron-specific enolase (NSE)
NSE merupakan salah satu dari tiga bentuk
enolase, sebuah
enzim yang terdapat di
lintasan glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di
kultur sel neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait. Konsentrasi NSE di dalam
CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan sejumlah cedera otak lain seperti
subarachnoid hemorrhage,
ICH, dan lain-lain, hingga mulai dapat dideteksi setelah 4-8 jam
setelah terjadinya serangan. Konsentrasi tertinggi setelah terjadi
stroke iskemik memiliki korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.
Protein tau (TP)
Otak memiliki 6
isomer TP yang memungkinkan terbentuknya
mikrotubula dengan interaksi
tubulin.
Peningkatan kadar TP terjadi dengan sangat lambat dan hanya 27% total
konsentrasi yang mengalami peningkatan di luar batas atas ambang normal
dalam waktu 24 jam setelah serangan stroke iskemik, namun nilai
konsentrasi ini menunjukkan ukuran infark dan strata serangan stroke.
Peningkatan kadar
TP dalam
CSF pasca stroke juga merupakan indikasi ukuran infark. Akan tetapi stroke tidak mempengaruhi kadar
β-amyloid,
ApoE dan
klusterin dalam
CSF.
Penanganan
Penderita stroke akut biasanya diberikan SM-20302,
[54] atau
microplasmin,
[55] oksigen, dipasang
infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan, kemudian diberikan
manitol atau
kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak,
[56] akibat infiltrasi
sel darah putih. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika
recombinan tissue plasminogen activator (rtPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan
emboli diberikan dalam waktu 3 jam,
[57] setelah timbulnya stroke.
Trombolisis dengan rtPA terbukti bermanfaat pada manajemen stroke akut, walaupun dapat meningkatkan risiko pendarahan otak,
[58] terutama pada area sawar darah otak yang terbuka.
[59]
Beberapa senyawa yang diberikan bersamaan dengan rtPA untuk mengurangi risiko tersebut antara lain
batimastat (BB-94) dan
marimastat (BB-2516),
[60] yang menghambat
enzim MMP, senyawa
spin trap agent seperti
alpha-phenyl-N-t-butylnitrone (PBN) dan
disodium- [tert-butylimino)methyl]benzene-1,3-disulfonate N-oxide (NXY-059),
[61] dan senyawa anti-ICAM-1.
[62]
Metode perawatan
hemodilusi dengan menggunakan
albumin masih kontroversial,
[63] namun penelitian oleh
The Amsterdam Stroke Study
memberikan prognosis berupa penurunan angka kematian dari 27% menjadi
16%, peningkatan kemandirian aktivitas dari 35% menjadi 48%, saat 3
bulan sejak terjadi serangan stroke akut.
Pemulihan
Serangan stroke terkait dengan keterbatasan pulihnya fungsi otak,
meskipun area peri-infark menjadi lebih bersifat neuroplastik sehingga
memungkinkan perbaikan fungsi sensorimotorik melakukan pemetaan ulang di
area otak yang mengalami kerusakan. Di tingkat selular, terjadi dua
proses regenerasi dalam korteks peri-infark,
akson akan mengalami perubahan
fenotipe dari
neurotransmiter ke dalam status regeneratif,
[64] dan menjulurkan tangkainya untuk membuat koneksi baru di bawah pengaruh
trombospondin,
[65],
laminin, dan
NGF hasil
sekresi sel Schwann,
[66] dan terjadi migrasi
sel progenitor neuron ke dalam korteks peri-infark.
[67]
Hampir sepanjang 1 bulan sejak terjadi serangan stroke, daerah
peri-infark akan mengalami penurunan molekul penghambat pertumbuhan.
Pada rentang waktu ini, neuron akan mengaktivasi
gen yang menstimulasi pertumbuhan, dalam ritme yang bergelombang.
Neurogenesis saling terkait dengan
angiogenesis juga terjadi bergelombang yang diawali dengan migrasi
neuroblas dengan ekspresi GFAP,
[68] yang berada dalam
zona subventrikular ke dalam korteks peri-infark. Migrasi ini dimediasi oleh beberapa senyawa antara lain
eritropoietin,
[69] stromal-derived factor 1 (SDF-1) dan
angiopoietin-1, hingga menghasilkan neuroblas dengan jarak tempuh migrasi yang lebih panjang dan rentang waktu
sitokinesis yang lebih pendek.
[70]
Terhambatnya fungsi pencerap GABA ekstrasinaptik di area peri-infark yang terjadi akibat oleh disfungsi
transporter GABA GAT-3/GAT-4, dalam hewan tikus, dapat dipulihkan dengan pemberian
benzodiazepina.
[71]
Pencegahan
Dalam manusia tanpa faktor risiko stroke dengan umur di bawah 65
tahun, risiko terjadinya serangan stroke dalam 1 tahun berkisar pada
angka 1%.
[72] Setelah terjadinya serangan stroke ringan atau TIA, penggunaan senyawa anti-koagulan seperti
warfarin, salah satu obat yang digunakan untuk penderita
fibrilasi atrial,
[73] akan menurunkan risiko serangan stroke dari 12% menjadi 4% dalam satu tahun. Sedangkan penggunaan senyawa anti-
keping darah seperti
aspirin, umumnya pada
dosis harian sekitar 30 mg atau lebih, hanya akan memberikan perlindungan dengan penurunan risiko menjadi 10,4%.
[74] Kombinasi aspirin dengan
dipyridamole memberikan perlindungan lebih jauh dengan penurunan risiko tahunan menjadi 9,3%.
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya stroke adalah dengan
mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi dan mengendalikan
faktor risiko stroke sebanyak mungkin, seperti kebiasaan merokok,
hipertensi, dan stenosis di
pembuluh karotid,
[75] mengatur pola makan yang sehat dan menghindari makanan yang mengandung kolesterol jahat (
LDL), serta olaraga secara teratur. Stenosis merupakan efek
vasodilasi endotelium yang umumnya disebabkan oleh turunnya
sekresi NO oleh sel endotelial, dapat diredam
asam askorbat yang meningkatkan sekresi NO oleh
sel endotelial melalui lintasan
NO sintase atau
siklase guanilat, mereduksi
nitrita menjadi NO dan menghambat
oksidasi LDL[76] di lintasan aterosklerosis.
Beberapa institusi kesehatan seperti
American Heart Association atau
American Stroke Association Council,
Council on Cardiovascular Radiology and Intervention memberikan panduan pencegahan yang dimulai dengan penanganan seksama berbagai
penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
aterosklerosis, penggunaan senyawa anti-trombotik untuk
kardioembolisme dan senyawa anti-keping darah bagi kasus non-kardioembolisme,
[77] diikuti dengan pengendalian faktor risiko seperti
arterial dissection,
patent foramen ovale,
hiperhomosisteinemia,
hypercoagulable states,
sickle cell disease;
cerebral venous sinus thrombosis; stroke saat
kehamilan, stroke akibat penggunaan
hormon pasca
menopause, penggunaan senyawa anti-koagulan setelah terjadinya
cerebral hemorrhage; hipertensi,
[78] hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes, fibrilasi atrial,
dislipidemia, stenosis karotid,
obesitas,
sindrom metabolisme, konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi obat-obatan berlebihan, konsumsi obat
kontrasepsi, mendengkur, migrain, peningkatan
lipoprotein dan
fosfolipase.
Biasanya di Indonesia CT Scan dan MRI baru dilakukan, setelah
terjadinya stroke. Jarang angiography menggunakan kedua alat itu untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya stroke dilakukan. Sekarang ini sudah
mulai banyak laboratorium klinik, klinik stroke, pembuluh darah dan
penyakit kardiovaskular yang memiliki
Transcranial Doppler,
[79]
karena alatnya kecil/portabel dan relatif murah dengan biaya
pemeriksaan menggunakan alat itu hanya sekitar Rp 500.000 atau
seperempat sampai seperdelapan biaya penggunaan CT Scan atau MRI.
Transcranial doppler tidak seakurat kedua alat yang mahal tersebut,
tetapi salah satu keuntungannya, yaitu tidak mengandung radiasi,
sehingga dapat dilakukan secara berulang, misalnya untuk pamantauan
selama dan sesudah/pasca stroke dan juga dapat dilakukan pada pasien
yang kritis, tidak sadar, di ruang ICU.
[80]
Mengingat biayanya yang relatif murah, maka pemantauan kemungkinan
terjadinya stroke juga sudah banyak dilakukan menggunakan Transcranial
doppler, terutama.
Referensi
- ^ Sims NR, Muyderman H (September 2009). "Mitochondria, oxidative metabolism and cell death in stroke". Biochimica et Biophysica Acta 1802 (1): 80–91. doi:10.1016/j.bbadis.2009.09.003. PMID 19751827.
- ^ a b Niken Prathivi (July 1, 2014). "Detecting and dealing with strokes".
- ^ Donnan GA, Fisher M, Macleod M, Davis SM (May 2008). "Stroke". Lancet 371 (9624): 1612–23. doi:10.1016/S0140-6736(08)60694-7. PMID 18468545.
- ^ (Inggris) "Ischemic stroke in Korean young adults". Department of Neurology, University of Ulsan, Asan Medical Center; Kwon SU, Kim JS, Lee JH, Lee MC. Diakses 2011-08-21.
- ^ "Alami Stroke Harus Segera Dibawa Ke Dokter". 26 Agustus 2014.
- ^ a b (Inggris) "A New Embolus Injection Method to Evaluate Intracerebral Hemorrhage in New Zealand White Rabbits". Cedars-Sinai Medical Center, Department of Neurology; Paul A. Lapchak, Ph.D., FAHA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Variants
of the Matrix Metalloproteinase-2 but not the Matrix
Metalloproteinase-9 genes significantly influence functional outcome
after stroke". Instituto Gulbenkian de Ciência, Departamento
Promoção da Saúde e Doenças Crónicas, Instituto Nacional de Saúde Dr
Ricardo Jorge, Center for Biodiversity, Functional & Integrative
Genomics (BIOFIG), Clinical Neurology Research Unit, Instituto de
Medicina Molecular, Faculdade de Medicina da Universidade de Lisboa,
Serviço de Neurologia, Hospital de Santa Maria; Helena Manso, Tiago
Krug, João Sobral, Isabel Albergaria, Gisela Gaspar, José M Ferro, Sofia
A Oliveira, dan Astrid M Vicente. Diakses 2011-09-08.
"History of hypertension, although not associated in the univariate
analysis, became significant in the multivariate model before inclusion
of genetic variants, and was therefore included in the final regression
model."
- ^ (Inggris) "Influence of stroke subtype on quality of care in the Get With The Guidelines–Stroke Program". Calgary
Stroke Program (E.E.S.), Hotchkiss Brain Institute, University of
Calgary, Canada; Duke Clinical Research Institute (L.L., A.H.),
Department of Epidemiology (M.J.R.), Michigan State University, Division
of Cardiology (C.P.C.), Brigham & Women's Hospital, Division of
Cardiology (G.C.F.), University of California, Stroke Service (L.H.S.),
Massachusetts General Hospital; E E. Smith, MD, MPH, L Liang, PhD, A
Hernandez, MD, M J. Reeves, PhD, C P. Cannon, MD, G C. Fonarow, MD, dan L
H. Schwamm, MD. Diakses 2011-07-25.
- ^ a b (Inggris) "Classification of stroke subtypes.". Department
of Neurology and Stroke Center, INSERM U-698 and Paris-Diderot
University, Bichat University Hospital; Amarenco P, Bogousslavsky J,
Caplan LR, Donnan GA, Hennerici MG. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Advances in the Diagnosis of Etiologic Subtypes of Ischemic Stroke". Stroke
Service and A. A. Martinos Center for Biomedical Imaging, Departments
of Neurology and Radiology, Massachusetts General Hospital, Harvard
Medical School; Hakan Ay. Diakses 2011-07-25.
- ^ (Inggris) "Classification
of subtype of acute ischemic stroke. Definitions for use in a
multicenter clinical trial. TOAST. Trial of Org 10172 in Acute Stroke
Treatment.". Department of Neurology, University of Iowa; Adams HP Jr, Bendixen BH, Kappelle LJ, Biller J, Love BB, Gordon DL, Marsh EE 3rd. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Cerebrovascular risk factors and clinical classification of strokes". Department
of Internal Medicine and Cardioangiology, University of Palermo; Pinto
A, Tuttolomondo A, Di Raimondo D, Fernandez P, Licata G. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "New approach to stroke subtyping: the A-S-C-O (phenotypic) classification of stroke.". Department
of Neurology and Stroke Center, INSERM U-698 and Paris-Diderot
University, Bichat University Hospital; Amarenco P, Bogousslavsky J,
Caplan LR, Donnan GA, Hennerici MG. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "The Harvard Cooperative Stroke Registry: a prospective registry.". Mohr JP, Caplan LR, Melski JW, Goldstein RJ, Duncan GW, Kistler JP, Pessin MS, Bleich HL. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Infarks of undetermined cause: the NINCDS Stroke Data Bank.". Neurological
Institute, Columbia-Presbyterian Medical Center; Sacco RL, Ellenberg
JH, Mohr JP, Tatemichi TK, Hier DB, Price TR, Wolf PA. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Silent cerebral microbleeds on susceptibility-weighted imaging of patients with ischemic stroke and leukoaraiosis.". Department of Neurology, Capital Medical University, Beijing Anzhen Hospital; Gao T, Wang Y, Zhang Z. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Cerebral microbleeds: old leaks and new haemorrhages.". Department of Neuroradiology, University Medical Centre Hamburg-Eppendorf; Fiehler J. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Pathophysiology of stroke: lessons from animal models.". Department of Experimental Neurology Charité, Humboldt University; Mergenthaler P, Dirnagl U, Meisel A. Diakses 2011-07-28.
- ^ a b (Inggris) "Pathophysiology, treatment, and animal and cellular models of human ischemic stroke". School
of Biomedical Sciences, University of Queensland, Department of
Neurology and Stroke Center, National Taiwan University Hospital and
National Taiwan University College of Medicine, Department of
Pharmacology, Monash University; Trent M Woodruff, John Thundyil,
Sung-Chun Tang, Christopher G Sobey, Stephen M Taylor, dan Thiruma V
Arumugam. Diakses 2011-07-30.
- ^ (Inggris) "Pathobiology of ischaemic stroke: an integrated view.". Dept of Neurology, Charité Hospital; Dirnagl U, Iadecola C, Moskowitz MA. Diakses 2011-07-28.
- ^ (Inggris) "Molecular pathology of cerebral ischemia: delayed gene expression and strategies for neuroprotection.". Department of Neurology, University of Minnesota Medical School; Iadecola C, Ross ME. Diakses 2011-07-28.
- ^ (Inggris) "Markers of endothelial dysfunction in lacunar infarction and ischaemic leukoaraiosis". Department
of Clinical Neurosciences, St George’s Hospital Medical School,
Department of Haematology, Guy’s and St Thomas’s Trust, St Thomas’s
Hospital, Institute of Neurology, National Hospital for Neurology and
Neurosurgery, Department of Neurology, St James’s Hospital, Department
of Neurology, Stoke Mandeville Hospital, Thames Valley Nuffield
Hospital; Ahamad Hassan, Beverley J. Hunt, Michael O’Sullivan, Kiran
Parmar, John M. Bamford, Dennis Briley, Martin M. Brown, Dafydd J.
Thomas dan Hugh S. Markus. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "The
leukoaraiosis is more prevalent in the large artery atherosclerosis
stroke subtype among Korean patients with ischemic stroke". Department
of Neurology, Department of Radiology, The Catholic University of
Korea, Department of Neurology, National Cancer Center; Seung-Jae Lee,
Joong-Seok Kim, Kwang-Soo Lee, Jae-Young An, Woojun Kim, Yeong-In Kim,
Bum-Soo Kim, dan So-Lyung Jung. Diakses 2011-08-02.
- ^ a b (Inggris) "Stroke and T-cells.". Laboratory of Neurosciences, National Institute on Aging Intramural Research Program; Arumugam TV, Granger DN, Mattson MP. Diakses 2011-07-28.
- ^ (Inggris) "Tumor necrosis factor-alpha is involved in thrombolytic-induced hemorrhage following embolic strokes in rabbits.". Department of Neuroscience, University of California San Diego; Lapchak PA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Erythropoietin
in combination of tissue plasminogen activator exacerbates brain
hemorrhage when treatment is initiated 6h after stroke". Department
of Neurology, Department of Biostatistics and Research Epidemiology,
Henry Ford Hospital, Department of Physics, Oakland University; Longfei
Jia, Michael Chopp, Li Zhang, Mei Lu, dan Zheng Gang Zhang. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Effects
of matrix metalloproteinase-9 gene knock-out on the proteolysis of
blood-brain barrier and white matter components after cerebral
ischemia.". Neuroprotection Research Laboratory, Departments of
Neurology and Radiology, Massachusetts General Hospital, and Program in
Neuroscience, Harvard Medical School; Asahi M, Wang X, Mori T, Sumii T,
Jung JC, Moskowitz MA, Fini ME, Lo EH. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Tumor
necrosis factor-alpha-induced gelatinase B causes delayed opening of
the blood-brain barrier: an expanded therapeutic window.". Department
of Neurology and Physiology, University of New Mexico School of
Medicine; Rosenberg GA, Estrada EY, Dencoff JE, Stetler-Stevenson WG. Diakses 2011-09-08.
- ^ a b (Inggris) "Gelatinase B modulates selective opening of the blood-brain barrier during inflammation.". Department of Neurology, University of New Mexico School of Medicine; Mun-Bryce S, Rosenberg GA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) Floßmann, Enrico; Ursula G.R. Schulz, Peter M. Rothwell (2004). "Systematic Review of Methods and Results of Studies of the Genetic Epidemiology of Ischemic Stroke". Stroke 35: 212–227. Diakses 13 November 2010.
- ^ (Inggris) "Hypertension and Cerebrovascular Dysfunction". Costantino
Iadecola, Division of Neurobiology, Department of Neurology and
Neuroscience, Weill Cornell Medical College; Costantino Iadecola dan
Robin L. Davisson. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Prevention Strategies for Cardioembolic Stroke: Present and Future Perspectives". Department
of Neurology, Institute of Experimental Neurology (INSPE), IRCCS San
Raffaele, Department Neurology, Sohag University Hospital, Unità Gravi
Cerebrolesioni Acquisite (UGCA) Ospedale San Giovanni Battista; Giacomo
Giacalone, Mohammed Abballa Abbas, dan Francesco Corea. Diakses 2011-08-08.
- ^ (Inggris) "Cardioembolic Stroke: Clinical Features, Specific Cardiac Disorders and Prognosis". Cerebrovascular
Division, Department of Neurology, Hospital Universitari del Sagrat
Cor, Universitat de Barcelona, CIBER de Enfermedades Respiratórias
(CB06/06). Instituto Carlos III, Department of Cardiology, Hospital
Universitari de Bellvitge, L’Hospitalet de Llobregat; Adrià Arboixab dan
Josefina Alióc. Diakses 2011-09-02.
- ^ (Inggris) "Atherosclerosis and Thrombus Formation". Stroke Center at University of Washington in Saint Louis, School of Medicine. Diakses 2011-07-28.
- ^ (Inggris) "Autopsy prevalence of intracranial atherosclerosis in patients with fatal stroke.". Assistance Publique-Hôpitaux de Paris; Mazighi M, Labreuche J, Gongora-Rivera F, Duyckaerts C, Hauw JJ, Amarenco P. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Heart and vessel pathology underlying brain infarction in 142 stroke patients.". Department
of Pathology, National Cardiovascular Center; Ogata J, Yutani C, Otsubo
R, Yamanishi H, Naritomi H, Yamaguchi T, Minematsu K. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Diabetes mellitus and cerebrovascular disease.". Department of Neurological Sciences, Rush-Presbyterian-St. Luke's Medical Center; Lukovits TG, Mazzone TM, Gorelick TM. Diakses 2011-08-07.
- ^ (Inggris) "White Matter Damage and the Effect of Matrix Metalloproteinases in Type 2 Diabetic Mice After Stroke". Department
of Neurology (J.C., X.C., A.Z., Y.C., C.R., M.C.), Henry Ford Hospital,
Department of Physics (M.C.), Oakland University; Jieli Chen, MD, Xu
Cui, PhD, Alex Zacharek, MS, Yisheng Cui, MD, Cynthia Roberts, BS, and
Michael Chopp, PhD. Diakses 2011-08-08.
- ^ (Inggris) "Transient ischemic attack, a medical emergency". Department of Neurology, Tokyo Women's Medical University School of Medicine; Uchiyama S. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Short term and long term risk of incident ischemic stroke after transient ischemic attack". Department
of Epidemiology, Cardiovascular Health Research Unit, Department of
Medicine, Department of Biostatistics, Department of Neurology,
University of Washington, Group Health Research Institute, Seattle
Epidemiologic Research and Information Center, Department of Veterans
Affairs Office of Research and Development; Evan L Thacker, SM, Kerri L
Wiggins, MS, RD, Kenneth M Rice, PhD, WT Longstreth, Jr, MD, MPH, Joshua
C Bis, PhD, Sascha Dublin, MD, PhD, Nicholas L Smith, PhD, Susan R
Heckbert, MD, PhD, dan Bruce M Psaty, MD, PhD. Diakses 2011-07-27.
"Transient ischemic attack (TIA) is a risk factor for ischemic stroke,
and clinically diagnosed TIA is an opportunity for stroke prevention."
- ^ (Inggris) "Transient ischemic attacks: a new definition". Moonen G, Delcourt C, Lievens I, Hans G. Diakses 2011-07-27.
- ^ (Inggris) "Transient ischemic attack: definition and natural history.". Cerebrovascular Disease Service, Palmer 127, West Campus, Beth Israel Deaconess Medical Center; Caplan LR. Diakses 2011-07-27.
- ^ (Inggris) Wu, Caren M; Kevin McLaughlin, Dianne L Lorenzetti, Michael D Hill, Braden J Manns, William A Ghali (Desember 2007). "Early Risk of Stroke After Transient Ischemic Attack". Arch Intern Med. 167 (22): 2417–2422. Diakses 12 November 2010.
- ^ (Inggris) "Definition
and evaluation of transient ischemic attack: a scientific statement for
healthcare professionals from the American Heart Association/American
Stroke Association Stroke Council; Council on Cardiovascular Surgery and
Anesthesia; Council on Cardiovascular Radiology and Intervention;
Council on Cardiovascular Nursing; and the Interdisciplinary Council on
Peripheral Vascular Disease. The American Academy of Neurology affirms
the value of this statement as an educational tool for neurologists". American
Heart Association; American Stroke Association Stroke Council; Council
on Cardiovascular Surgery and Anesthesia; Council on Cardiovascular
Radiology and Intervention; Council on Cardiovascular Nursing;
Interdisciplinary Council on Peripheral Vascular Disease.; Easton JD,
Saver JL, Albers GW, Alberts MJ, Chaturvedi S, Feldmann E, Hatsukami TS,
Higashida RT, Johnston SC, Kidwell CS, Lutsep HL, Miller E, Sacco RL. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Clinical Evaluation and Management of Transient Ischemic Attacks". Division
of Neurology, Department of Neurosciences, University of California;
John F. Rothrock, MD, Director, UCSD Stroke Program. Diakses 2011-07-27.
- ^ (Inggris) "Cardiac papillary fibroelastoma: a comprehensive analysis of 725 cases.". Division of Cardiology, Long Island College Hospital; Gowda RM, Khan IA, Nair CK, Mehta NJ, Vasavada BC, Sacchi TJ. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Papillary Fibroelastoma of the Aortic Valve as a Cause of Transient Ischemic Attack". Department
of Cardiovascular Surgery, Texas Heart Institute at St. Luke's
Episcopal Hospital; Mehmet H. Akay, MD, Moritz Seiffert, BS, dan David
A. Ott, MD. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Patent foramen ovale as a risk factor for cryptogenic stroke.". Columbia-Presbyterian Medical Center; Di Tullio M, Sacco RL, Gopal A, Mohr JP, Homma S. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Cryptogenic stroke and patent foramen ovale". Inselspital Bern, Universitätsspital; Windecker S, Nedeltchev K, Wahl A, Meier B. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Cryptogenic cerebral infarction: from classification to concept". SourceCHU de la Cavale Blanche, Service de neurologie; Timsit S, Breuilly C. Diakses 2011-08-01.
- ^ (Inggris) "Underlying pathology of stroke of unknown cause (cryptogenic stroke).". INSERM U-698 and Paris-Diderot University; Amarenco P. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Transhepatic Approach to Closure of Patent Foramen Ovale". Cardiology
Department, Arizona Heart Hospital & Institute, Internal Medicine
Department, Banner Good Samaritan Medical Center; Jamal Hussain, MD,
FACC, Robert Strumpf, MD, Aslan GhandForoush, DO, Ayman Jamal, MD, dan
Edward Diethrich, MD. Diakses 2011-08-02.
- ^ (Inggris) "Molecular biomarkers in stroke diagnosis and prognosis". Department of Neurology, Massachusetts General Hospital, Harvard Medical School; Matthew B Maas dan Karen L Furie. Diakses 2011-09-02.
- ^ (Inggris) "The
nonpeptide glycoprotein IIb/IIIa platelet receptor antagonist SM-20302
reduces tissue plasminogen activator-induced intracerebral hemorrhage
after thromboembolic stroke.". Department of Neuroscience, University of California at San Diego; Lapchak PA, Araujo DM, Song D, Zivin JA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Microplasmin: a novel thrombolytic that improves behavioral outcome after embolic strokes in rabbits.". Department of Neuroscience, University of California at San Diego; Lapchak PA, Araujo DM, Pakola S, Song D, Wei J, Zivin JA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Indonesia) Misbach, H Jusuf; Harmani Kalim. "Penanganan Stroke". Medicastore. Diakses 13 November.
- ^ (Inggris) "Tissue plasminogen activator for acute ischemic stroke.". The National Institute of Neurological Disorders and Stroke rt-PA Stroke Study Group. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Reducing
bleeding complications after thrombolytic therapy for stroke: clinical
potential of metalloproteinase inhibitors and spin trap agents.". Department of Neuroscience, University of California San Diego; Lapchak PA, Araujo DM. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Rapid
breakdown of microvascular barriers and subsequent hemorrhagic
transformation after delayed recombinant tissue plasminogen activator
treatment in a rat embolic stroke model.". Neuroprotection
Research Laboratory, Department of Radiology, Massachusetts General
Hospital, Harvard Medical School,; Dijkhuizen RM, Asahi M, Wu O, Rosen
BR, Lo EH. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Matrix metalloproteinase inhibitors.". Georgetown
University Hospital, Vincent T. Lombardi Cancer Center, Division of
Medical Oncology; Wojtowicz-Praga SM, Dickson RB, Hawkins MJ. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Effects
of the spin trap agent disodium-
[tert-butylimino)methyl]benzene-1,3-disulfonate N-oxide (generic
NXY-059) on intracerebral hemorrhage in a rabbit Large clot embolic
stroke model: combination studies with tissue plasminogen activator.". Department of Neuroscience, University of California at San Diego; Lapchak PA, Araujo DM, Song D, Wei J, Purdy R, Zivin JA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Thrombolysis with tissue plasminogen activator alters adhesion molecule expression in the ischemic rat brain.". Department of Neurology, Henry Ford Health Sciences Center; Zhang RL, Zhang ZG, Chopp M, Zivin JA. Diakses 2011-09-08.
- ^ (Inggris) "Custom-tailored hemodilution with albumin and crystalloids in acute ischemic stroke". Department
of Rheology, St. Lucas Hospital; Goslinga H, Eijzenbach V, Heuvelmans
JH, van der Laan de Vries E, Melis VM, Schmid-Schönbein H, Bezemer PD. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Neural plasticity after peripheral nerve injury and regeneration". Group
of Neuroplasticity and Regeneration, Institute of Neurosciences and
Department of Cell Biology, Physiology and Immunology, Universitat
Autònoma de Barcelona; Navarro X, Vivó M, Valero-Cabré A. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Thrombospondins 1 and 2 are necessary for synaptic plasticity and functional recovery after stroke.". Department
of Neurosurgery, Stanford University School of Medicine; Liauw J, Hoang
S, Choi M, Eroglu C, Choi M, Sun GH, Percy M, Wildman-Tobriner B, Bliss
T, Guzman RG, Barres BA, Steinberg GK. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Peripheral nerve regeneration.". Department of Anatomy and Neurobiology, Eastern Virginia Medical School; Liuzzi FJ, Tedeschi B. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Cellular and molecular mechanisms of neural repair after stroke: making waves.". Department of Neurology, David Geffen School of Medicine at the University of California; Carmichael ST. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "A neurovascular niche for neurogenesis after stroke.". Department of Neurology, University of California; Ohab JJ, Fleming S, Blesch A, Carmichael ST. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Poststroke neurogenesis: emerging principles of migration and localization of immature neurons.". David Geffen School of Medicine at UCLA; Ohab JJ, Carmichael ST. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Neuroblast
division during migration toward the ischemic striatum: a study of
dynamic migratory and proliferative characteristics of neuroblasts from
the subventricular zone.". Neurology Department, Henry Ford
Health Sciences Center; Zhang RL, LeTourneau Y, Gregg SR, Wang Y, Toh Y,
Robin AM, Zhang ZG, Chopp M. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Reducing excessive GABA-mediated tonic inhibition promotes functional recovery after stroke.". Department of Neurology, The David Geffen School of Medicine at UCLA; Clarkson AN, Huang BS, Macisaac SE, Mody I, Carmichael ST. Diakses 2011-09-04.
- ^ (Inggris) "Atrial fibrillation and apoplexy--risks and prevention". Københavns praktiserende laegers laboratorium, AFASAK 2 Center; Koefoed BG, Gulløv AL, Petersen P. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Stroke risk factors and stroke prevention.". Department of Neurology, College of Physicians and Surgeons, Columbia University; Elkind MS, Sacco RL. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Dipyridamole for preventing stroke and other vascular events in patients with vascular disease". Julius
Center for General Practice and Patient Oriented Research / Univ.
Department of Neurology, University Medical Center Utrecht; De Schryver
EL, Algra A, van Gijn J. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Primary stroke prevention". Department of Neurology, University of Cincinnati; Sauerbeck LR. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "How does ascorbic acid prevent endothelial dysfunction?". Department of Medicine, Vanderbilt University School of Medicine; May JM. Diakses 2011-08-24.
- ^ (Inggris) "Guidelines
for prevention of stroke in patients with ischemic stroke or transient
ischemic attack: a statement for healthcare professionals from the
American Heart Association/American Stroke Association Council on
Stroke: co-sponsored by the Council on Cardiovascular Radiology and
Intervention: the American Academy of Neurology affirms the value of
this guideline". American Heart Association; American Stroke
Association Council on Stroke; Council on Cardiovascular Radiology and
Intervention; American Academy of Neurology.; Sacco RL, Adams R, Albers
G, Alberts MJ, Benavente O, Furie K, Goldstein LB, Gorelick P, Halperin
J, Harbaugh R, Johnston SC, Katzan I, Kelly-Hayes M, Kenton EJ, Marks M,
Schwamm LH, Tomsick T. Diakses 2011-08-21.
- ^ (Inggris) "Primary
prevention of ischemic stroke: a guideline from the American Heart
Association/American Stroke Association Stroke Council: cosponsored by
the Atherosclerotic Peripheral Vascular Disease Interdisciplinary
Working Group; Cardiovascular Nursing Council; Clinical Cardiology
Council; Nutrition, Physical Activity, and Metabolism Council; and the
Quality of Care and Outcomes Research Interdisciplinary Working Group". American
Heart Association; American Stroke Association Stroke Council;
Goldstein LB, Adams R, Alberts MJ, Appel LJ, Brass LM, Bushnell CD,
Culebras A, DeGraba TJ, Gorelick PB, Guyton JR, Hart RG, Howard G,
Kelly-Hayes M, Nixon JV, Sacco RL. Diakses 2011-08-21.
- ^ "TRANSCRANIAL DOPPLER (TCD)". Diakses 3 April 2015.
- ^ Rizaldi Pinzon. "Penggunaan Trans Cranial Doppler untuk Deteksi Perubahan Hemodinamik Serebral pada Pasien Kritis". Diakses 3 April 2015.
- ^ Derdeyn CP, Chimowitz MI; Chimowitz (August 2007). "Angioplasty and Stenting for Atherosclerotic Intracranial Stenosis: Rationale for a Randomized Clinical Trial". Neuroimaging Clin. N. Am. 17 (3): 355–63, viii–ix. doi:10.1016/j.nic.2007.05.001. PMC 2040119. PMID 17826637.
- ^ Tenser
MS, Amar AP, Mack WJ; Amar; Mack (December 2011). "Mechanical
thrombectomy for acute ischemic stroke using the MERCI retriever and
penumbra aspiration systems". World neurosurgery 76 (6 Suppl): S16–23. doi:10.1016/j.wneu.2011.07.003. PMID 22182267.
- ^ Ortega-Lopez Y, Llanos-Mendez A (2010). "[Mechanical thrombectomy with MERCI device. Ischaemic stroke]". Andalusian Agency for Health Technology Assessment.
- ^ Tansy AP, Liebeskind DS; Liebeskind (Oct 21, 2013). "The Goldilocks Dilemma in Acute Ischemic Stroke". Frontiers in neurology 4: 164. doi:10.3389/fneur.2013.00164. PMC 3801149. PMID 24155740.
- ^ Lees
KR, Zivin JA, Ashwood T, Davalos A, Davis SM, Diener HC, Grotta J,
Lyden P, Shuaib A, Hårdemark HG, Wasiewski WW; Zivin; Ashwood; Davalos;
Davis; Diener; Grotta; Lyden; Shuaib; Hårdemark; Wasiewski; Stroke-Acute
Ischemic NXY Treatment (SAINT I) Trial Investigators (February 2006).
"NXY-059 for acute ischemic stroke". The New England Journal of Medicine 354 (6): 588–600. doi:10.1056/NEJMoa052980. PMID 16467546.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NINDS1999
- ^ Koziol
JA, Feng AC; Feng (October 2006). "On the analysis and interpretation
of outcome measures in stroke clinical trials: lessons from the SAINT I
study of NXY-059 for acute ischemic stroke". Stroke; a journal of cerebral circulation 37 (10): 2644–7. doi:10.1161/01.STR.0000241106.81293.2b. PMID 16946150.
- ^ Bennett,
MH; Weibel, S; Wasiak, J; Schnabel, A; French, C; Kranke, P (12
November 2014). "Hyperbaric oxygen therapy for acute ischaemic stroke.".
The Cochrane database of systematic reviews 11: CD0049